Saturday, April 21, 2018

Di Goyang Kakak Kelas SMA



Namaku Putri Davina, namun teman-teman biasa memanggilku Putri. Kisah ini dimulai ketika aku masuk masa SMA. Aku masuk SMA di umur yang masih sangat belia, sekitar 14 tahun, namun tubuhku sudah bongsor. Aku berparas lumayan cantik; kulit putih, rambut keriting, badan tinggi, dengan payudara yang cukup kencang dan bibir tebal seksi seperti Angelina Jolie.



Cerita ini dimulai ketika sekolahku sedang mengadakan acara festival. Layaknya festival biasa, pasti banyak kerumunan muda-mudi yang bersorak-sorai melihat pertunjukan. Begitu juga denganku, bersama teman-teman sekelas, aku menikmati acaranya. Mataku terus tertuju ke panggung hiburan sampai ketika pasukan Paskibra berjalan berombongan memasuki lapangan sekolah.

Aku langsung berpaling, mataku tertuju pada seorang kakak kelas yang berada di barisan paling depan diantara mereka. Dia ganteng, putih, tinggi, pokoknya cowok idola sekolah banget deh. Hatiku langsung berdesir saat melihatnya. Aku segera bertanya pada Sari, teman sebangkuku. “Siapa namanya, Sar?”

“Kak Taufik,” jawab Sari sambil tersenyum penuh arti, tahu kalau aku telah jatuh cinta.

Sejak itu, secara diam-diam aku menaruh perasaan terhadap kakak kelas misterius tapi ganteng yang bernama kak Taufik. Semua akun jejaring sosialnya aku add, follow, dan invite. Pokoknya semua tentang dia aku cari tahu seluk beluknya. Dan ketika tiba hari ulang tahunnya, aku mencoba memberi hadiah, namun aku bingung. Bagaimana bisa aku memberinya hadiah sedangkan kak Taufik sendiri sama sekali tidak mengenalku.



Untunglah ada Gilang, temanku yang juga anak Paskib. Dia mencoba membantu dengan memberi tahu bahwa pulang sekolah nanti mereka ada latihan Paskibra. “Kamu bisa menemuinya saat itu.” kata Gilang. Akupun mengangguk, dan dengan hati deg-degan menunggu tanpa bosan untuk menyampaikan hadiahku pada kak Taufik.

Ketika latihan selesai, Gilang memanggilku. “Taufik menunggumu di kelasnya, di lantai dua.” katanya.

Aku sangat gugup, tak tahu harus senang atau malu, atau apapun. Namun karena sudah kepalang tanggung, kubulatkan tekadku untuk menemuinya. Setelah mengucapkan terima kasih pada Gilang, kudatangi kak Taufik di kelasnya untuk memberikan hadiahku. Aku sangat nervous sekali, bagaimanapun orang yang akan kutemui ini adalah orang sudah mencuri hatiku.

Setiba di atas, kak Taufik sudah menungguku. Tepat seperti yang dikatakan Gilang, ia berdiri di depan kelas seorang diri. Kak Taufik segera menyapa saat melihat kedatanganku. “Lo Putri ya?” katanya.

“Iya, kak. Kok kakak tau?” aku bertanya dengan muka bersemu merah, merasa bangga karena ia mengetahui namaku.

“Oh, tadi si Gilang kasih tau, katanya ada yang mau kenalan dan kasih hadiah.” jawabnya ramah.

“Oh, gitu ya, kak? Ya udah, nih kak hadiahnya. Makasih udah mau nerima dan menungguku.” Segera kuberikan kado di tanganku dan langsung berlalu tanpa sempat menatapnya.

Namun dia memanggilku kembali. “Putri, tunggu dulu, mau kemana sih?”

“Ada apa, kak?” aku berbalik.

“Ini buat kamu.” Secara mengejutkan, dia memberiku undangan untuk datang ke acara ulang tahunnya. “Dateng ya, dress codenya merah ya?”

Akupun terdiam sejenak, tidak tahu harus berkata. Ini benar-benar suatu kejutan buatku. Bayangkan, orang yang kukagumi, mengundangku untuk datang ke acara ultahnya, padahal sebelumnya ia tidak mengenalku sama sekali. Suatu lompatan hubungan yang sangat besar. Begitu tercengangnya aku hingga terus diam saat melihatnya pergi. Kubiarkan kak Taufik berlalu begitu saja tanpa mengucapkan terima kasih atau apapun. Ah, dasar bodoh.

Setelah tersadar kembali, dengan hati berbunga-bunga, kuhampiri Gilang yang setia menunggu di depan kantin. “Gilang, aku diundang ke acara ulang tahunnya nih. Tapi aku gak ada temennya dan gak tau harus menggunakan apa?!”

Gilang tersenyum. “Aku juga diundang kok. Bareng aku aja. Aku ada kok dress yang sesuai untuk kamu. Nanti kamu pulang dulu ya, setelah itu kamu ke rumah aku.”

“Oke deh, Gilang. Trims ya, kalo gitu aku pulang dulu, sampai ketemu nanti.” Akupun pulang dengan perasaan yang campur aduk; antara senang, terkejut, gugup, tapi juga gembira.

Ketika sampai di rumah, tidak kujumpai satu orang pun, termasuk ibuku. Rumah sunyi dan sepi. Akhirnya dengan terpaksa aku minta izin kepada ibuku melalui telepon. “Bu, Putri nanti malem izin ke acara ulang tahun teman ya?”

“Teman mana? SMA?” tanya ibuku yang ternyata lagi bertandang ke rumah kerabat.

“Iya, bu, diundang nih.” jawabku.

“Wah, hebat kamu sudah punya teman. Ya udah, asal jangan terlalu larut ya pulangnya?” pesan ibuku.

“Iya kok, bu.” aku menyanggupi. “Nanti aku minta jemput sama Aa’ kalo udah selesai.”

“Oke deh, hati hati ya, bye.”

“Bye,”

Telepon pun kumatikan dan aku bergegas mandi. Setelah mandi, dengan hanya berbalut handuk, aku menuju kamar untuk berganti pakaian. Kulepaskan handuk yang melilit di tubuhku tanpa merasa curiga diintip atau dipergok orang lain. Aku memandangi tubuhku yang mulai tumbuh ini di depan cermin di kamarku yang lumayan besar. Kuperhatikan payudaraku mulai berbentuk; bulat dan agak besar dengan puting mungil berwarna coklat kemerahan. Bulu kemaluanku juga mulai ada sedikit, sudah terlihat agak hitam meski tidak terlalu lebat. Namun yang aku heran, kenapa bokongku ini besar sekali ya? Siapa pun pasti suka kalau disuruh untuk mengusap dan memegangnya, aku yakin itu!

Setelah selesai bercermin, aku langsung memakai baju seadanya dan bergegas pergi ke rumah Gilang. Sore itu aku hanya memaki tanktop hitam dan hotpants mini bewarna coklat serta membawa tas kecil untuk menaruh dompet dan handphone. Aku naik taksi yang sudah menjadi langganan.

Setiba di rumah Gilang, “Yah ampun, Putri, ternyata lo cantik juga ya?! Hahaha,” kata Gilang memujiku. Aku cuma tertawa menanggapinya, tawa kami terdengar begitu keras. “Ayo sini masuk, udah gue siapin dress lo nih di kamar.” ajaknya.

Akupun memasuki kamar Gilang yang luas dan rapi itu. Langsung kucoba dress warna merah pemberiannya. “Lang, apa ini gak terlalu pendek? Pahaku keliatan banget!” kataku memperhatikan bawahannya yang jauh diatas dengkul, hingga mengekspos dengan jelas belahan pahaku yang jenjang dan putih mulus.

“Enggak kok, ini kan sama aja kaya hotpants yang lo pake.” katanya sambil senyum.

“Oh, iya sih.” benar apa katanya, akupun jadi tidak merasa risih lagi. “Oke deh. Makasih, Gilang.”

Kamipun berangkat dengan mobil Gilang dan tiba di rumah kak Taufik tepat saat acara mau dimulai. Kebanyakan yang hadir adalah kakak kelas yang hanya kukenal wajahnya saja, namun ada juga teman seangkatanku yang diundang. Di dalam, ternyata party itu seperti party yang biasa dilakukan di Western; minuman, musik, dan sex ada disana. Akupun menaruh kado di tempat yang disediakan, dan tak jauh dari situ kulihat pemuda tampan pujaanku menghampiriku dengan blazer abu-abunya yang disetrika rapi. Kak Taufik menyapaku ramah. “Hey, Putri. Dateng juga lo, kirain gak dateng.”

“Aku pasti dateng, Kak. Buat kakak, apa sih yang enggak?!” jawabku malu-malu.

“Haha, makasih ya. Trims juga buat kadonya. Mau diambilin minum ga?” tawarnya.

Akupun hanya menjawab mau dan menunggu sebentar. Sementara Gilang sudah tidak tahu berada dimana. Dia hilang diantara kerumunan anak yang semakin banyak saja.

“Nih minumnya,” kak Taufik memberikan segelas minuman kepadaku.

Akupun langsung meminumnya tanpa bertanya terlebih dahulu. Dan setelah kucicipi, ternyata rasanya manis getir. Raut wajahkupun langsung berubah menjadi agak aneh.

“Haha, ini wine, Putri. Masa gak tau sih?” godanya sambil tertawa.

“Tau kok, cuma gak pernah minum.” aku menjawab.

“Oh, begitu toh. Ya udah, yuk ikut kakak, sekalian kita cari Gilang dan teman-temanmu.” Dia langsung menarik tanganku ke tengah kerumunan dan membawaku ke suatu tempat khusus dimana disitu ada Gilang dan beberapa temanku.

Kami pun segera terlibat dalam obrolan yang hangat dan akrab. Di luar dugaan, kak Taufik ternyata enak diajak ngobrol. Aku suka berbincang dengannya. Kami terus berbincang dan bercanda sambil minum dan mengikuti hentakan musik. Aku pun sudah tak tahu berapa banyak wine yang kuhabiskan sampai tak sadar kalau kadang aku jadi sering mengeluarkan kata-kata vulgar.

Melihat kondisiku seperti itu, Gilang langsung menarikku keluar. Akupun mengikutinya. “Ken, lo mabuk? Aduh, bakal ribet nih gue.” kata Gilang panik.

“Enggak kok, gue nggak mabuk, cuma sedikit pusing aja.” jawabku lemas.

“Ya udah deh, ayo pulang, udah larut nih.” Gilang menarik tanganku.

“Tapi kan gue belum ngobrol banyak sama kak Taufik.” kutolak ajakannya.

“Ya udah deh, sebentar aja lagi ya?” Gilang melepaskan tanganku.

Kamipun kembali ke tempat semula dan kembali minum wine yang ada disitu. Disaat aku menjadi semakin mabuk dan lepas kendali, tiba-tiba kak Taufik mengajakku ke lantai dansa. Akupun mengikutinya dan mulai menggerakkan tubuhku seadanya, sedangkan Gilang hanya memperhatikanku sahabatnya yang sedang mabuk ini sambil geleng-geleng kepala. Tanpa kusadari, kak Taufik menarik tanganku dan membimbingku untuk naik ke lantai dua rumahnya. Aku sebenarnya ingin menolak, tapi saat dia bilang ingin mengatakan sesuatu kepadaku, akupun menyerah. Apakah dia kan menembakku?! Harapku dalam hati.

Aku yang sudah mabuk dibopongnya menuju lantai dua. Disana, aku dimasukkan ke sebuah kamar dan dibaringkan ke ranjang empuk yang luas dan besar dengan kondisi tubuh setengah sadar. Kak Taufik meninggalkanku sebentar, entah dia pergi kemana. Akupun seperti tertidur, namun tubuhku terasa panas dan gerah. Ingin sekali kubuka dressku ini, tapi untung akal sehatku masih bisa menahannya. Tak berapa lama kemudian, kak Taufik kembali masuk ke kamar dan mengunci pintunya.

“Kakak mau ngomong apa? Kok aku dibawa kesini?” ucapku setengah sadar.

Tanpa babibu, tiba-tiba kak Taufik menaiki tubuhku dan memandangi mata sayuku. Entah siapa yang memulai, bibir kami berdekatan dan dia mulai melumat bibirku. Aku yang sudah pengalaman kissing dengan mantan, tidak kaku mengimbanginya. Kutanggapi serangannya dengan memeluk leher dan melumat bibirnya begitu rakus. Kami berfrenc-kiss ria selama kurang lebih sepuluh, sebelum kak Taufik mulai menurunkan kepalanya untuk mengendus dan menciumi leherku.

“Hhhh… Kak! Jangan disitu! Achh… nanti ada… achhh! …bekasnya!” jeritku, namun kak Taufik tidak menghiraukannya. Ia memegang tanganku dengan kedua tangannya dan melebarkannya ke samping. Dia menatapku sangat dalam untuk meyakinkan diriku bahwa malam ini aku adalah miliknya. Aku yang setengah sadar hanya pasrah atas apa yang akan terjadi. Kak Taufik mulai menciumiku lagi dan kali ini leherku yang jadi sasarannya.

“Ahhh… kak! Aachhh!” aku makin merintih.

Dia terus menciumi sambil menggigit kecil kulit leherku hingga meninggalkan bekas merah dimana-mana. Setelah puas, dan leherku sudah basah oleh air liurnya, mulutnya mulai turun ke arah gundukan payudaraku. Aku hanya bisa meremas sprei dan menggelinjang kuat ketika mulutnya menyentuh kulit payudaraku yang masih tertutup dress merah. Pelan kak Taufik meraih pundakku dan menurunkan dressku sampai perut. Terpampanglah bongkahan buah dadaku yang meski masih tertutup BH, tapi cukup kelihatan montok dan besar.

Sambil tetap menciuminya, kak Taufik mulai memegang dan meremas-remasnya dari luar BH. Ia juga berusaha untuk menyusupkan jari ke dalam cup behaku untuk menjepit dan memilin-milin putingku yang terasa mulai menegang akibat ulahnya. Setelah agak lama, dan putingku makin terasa kaku dan kenyal, akhirnya kak Taufik berusaha membuka pengait braku, ia rupanya tak sabar untuk melihat kemontokan buah dadaku secara langsung.

“Hmm, indah sekali, Putri.” Gumamnya sambil mulai menyusu kembali saat braku sudah terlempar ke lantai. Mukanya kini terbenam diantara bongkahan payudaraku, menekan dan menggesek kuat disana, sesekali juga mencucup dan mengulum putingnya hingga membuatku kelojotan keenakan.

“Achh… Kak! Sudah, Kak!” jeritku pilu. Aku mencoba melawan birahiku ini, namun apa daya, aku dalam keadaan setengah mabuk. Lagipula, rangsangan kak Taufik juga kurasa begitu nikmat hingga membuatku makin merintih dan menggelinjang.

Setelah puas bermain dengan payudaraku, dia mulai melucuti semua pakaianku. Kemudian disusul dengan pakaiannya saat aku sudah terbaring telanjang bulat di depannya. Ada rasa malu bugil untuk pertama kalinya di depan laki-laki, tapi melihat kak Taufik yang sepertinya sangat menginginkanku, akupun jadi pasrah saja. Dia mulai mengambil posisi untuk menyetubuhiku, kak Taufik memegang kedua pahaku dan membukanya lebar-lebar. Tak berkedip ia menatap vaginaku yang masih perawan. Pasti ia bingung mencari lubangnya yang mungil.

“Putri,” desah kak Taufik sambil mulai menindih tubuhku. Sebelumnya ia sudah meludahi ujung penisnya yang tidak begitu besar untuk memperlancar saat menerobos masuk ke dalam lubangku nanti.

Aku berjengit saat kurasakan ada benda tumpul padat menyentuh bibir vaginaku. “K-kak, jangan! Please!” pintaku setengah sadar. Namun dia tetap mencoba, kak Taufik memajukan pinggulnya dan, “Hnghhhh!!!” aku melenguh saat kepala penisnya mulai menyelinap ke dalam vaginaku.

“Tahan, Putri!” kak Taufik menariknya sedikit, lalu mencoba untuk mendorong lagi, kali ini sedikit lebih keras dan memaksa.



“Ahhhhhh!!!” aku menjerit kesakitan saat batang penisnya menusuk tajam dan terbenam hingga hampir separuhnya.

Mendengar jeritanku, kak Taufik menariknya lagi. Aku sedikit lega, kukira dia akan berhenti. Tapi rasa legaku itu langsung berubah menjadi jeritan panjang saat kak Taufik mendorongnya lagi dengan hentakan kuat yang keras dan dalam. “AAHHHHHHHH!!!” Benda panjang itu berhasil merebut keperawananku! Selaput daraku robek olehnya, saat penis itu membelah dan mengisi relung vaginaku hingga mentok sampai ke dasar.

“Ughhh… Putri!” kak Taufik melenguh keenakan, sementara tanpa kusadari air mataku menetes keluar, mengalir pelan di pipi mulusku. Kak Taufik segera mengusapnya dan mencium bibirku dengan penuh kemesraan. “Kakak sayang kok sama Putri. Tenang aja, kakak nggak akan tinggalin kamu.” katanya.

Akupun hanya bisa tersenyum haru mendengarnya.

Setelah penis tersebut terdiam cukup lama, menanti dinding-dinding vaginaku agar terbiasa menerima kehadirannya, kak Taufik pun mulai menggerakkannya maju mundur. Dengan menarik-dorong pinggulnya, ia mulai menyetubuhiku.

“Nghhhhh… Kak!!” awalnya memang sangat sakit. Tapi setelah beberapa menit berlalu, rasa sakit itu perlahan menghilang, dan digantikan dengan rasa geli dan nikmat yang amat sangat. Aku pun mulai mendesah keenakan saat penis kak Taufik bergerak semakin cepat, rupanya ia sedikit menaikkan tempo kocokannya.

“Ahhh… ahhh… ahhh… kak!” ceracau mulutku tanpa henti.

“Hmmm! Hmmpph!” kak Taufik segera menyumbatnya dengan ciumannya yang hangat dan mesra. Kamipun saling mendesah dengan bibir saling menempel erat. Kak Taufik terus menggerakkan pinggulnya, menyetubuhiku, hingga membuat permainan menjadi semakin liar dan panas.

Tapi tak lama kemudian ia berhenti. Kukira dia sudah keluar, tapi ternyata belum. Saat aku sudah ingin bertanya, kak Taufik tiba-tiba mengangkat tubuhku dan menaruhnya di atas pangkuan. Ia melakukannya dengan penis masih berada di dalam vaginaku, menancap tajam disana. “Oughhhh… Kak!!” tentu saja aku langsung melenguh dengan perbuatannya. Enak sekali, penisnya seperti menusuk dan mengaduk-aduk liang vaginaku.

Setelah posisi ini sudah siap, sambil melumat bibirku, ia kembali menghentakan pinggulnya kuat-kuat ke atas. “Mppmhh… ahh… kak! Aahhhh…” akupun kembali merintih dan menggeliat. Dengan posisi seperti ini -aku menduduki penisnya- membuatku makin terangsang dan bergairah. Tanpa sadar, aku mulai menaik turunkan tubuhku untuk mengimbangi genjotan pinggulnya.

“Ahhh… yes, baby, like this!!” ucap kak Taufik sambil meremas-remas bulatan pantatku. Ia juga menyusu di putingku, menghisapnya bergantian sambil sesekali menggigit dan menariknya dengan menggunakan gigi.

Setelah lima menit bercinta dengan posisi seperti itu, kak Taufik tiba-tiba merebahkan tubuhnya dan berbaring telentang. Sementara aku masih menindih dan menunggangi batang penisnya. Aku mengerti apa yang ia inginkan, jadi mulai kugenjot tubuh mulusku naik turun di atas pinggangnya. Kuhentak keras penisnya agar masuk semakin dalam ke lorong vaginaku.

Tapi posisi seperti itu justru membuatku merintih kesakitan. Akupun mengaduh, “Ahhhh… kak, perih! Aku capek,”

“Sabar, nanti juga enak kok.” sahut kak Taufik sabar.

“Tapi, ahh… kak, aku… ahh… perih!” rintihku tak tahan.

“Goyangin aja terus, nanti juga enak.”

Akupun mengikuti sarannya, dan ternyata benar! Rasa sakitku perlahan menghilang, dan rasa nikmat yang tadi kurasakan perlahan kembali. Gerakanku pun menjadi semakin liar. “Ahh… ahh… ahh… ahh…” desahku putus-putus.

“Yes, baby, faster! Faster! Shake your body! Shake your body!!” ceracau kak Taufik sambil memejamkan mata. Tangannya yang hinggap di pantatku terus meremas-remas pelan.

Disaat aku sudah mulai bisa menikmati, kak Taufik tiba-tiba bangun dan mendorongku hingga kembali ke posisi semula; aku dibawah sementara dia di atas, dengan alat kelamin kelamin kami masih tetap terpaut kuat. Dengan posisi seperti itu, aku ditumbuknya dengan keras dan cepat. “Ahh… kak, pelan-pelan! Aahh…” pintaku.

Namun kak Taufik tidak menghiraukannya, ia tetap menggenjotku dengan penuh semangat. Tanpa kusadari, kakiku melingkar dan mengikat di pinggangnya. Kukunci dia rapat-rapat hingga kurasakan kepala penisnya membentur keras dinding rahimku. “Ahhh… kak, harder! Harder!” aku meminta.

“Yes, baby. I will fuck you harder!” sahut kak Taufik, ia semakin mempercepat temponya hingga membuatku semakin tidak karuan.

“Yes, I like this! Like this! Aahh…” Kurasakan dinding vaginaku mulai berdenyut-denyut kencang, tanda akan menyembur sebentar lagi. Begitu juga dengan penis kak Taufik, kurasakan benda itu menjadi semakin keras dan membengkak.

“Kyaaaaaaaa!!! AAHHHHHHHHH…!!!” kamipun menjerit panjang berbarengan tanda kami berdua orgasme secara bersamaan. Kurasakan air mani kak Taufik tumpah ruah di lorong vaginaku, dan kusambut dengan semburan cairan cintaku yang tidak kalah banyak. Kami saling menatap dan saling mencium dalam diam.

“Makasih ya, Putri.” kata kak Taufik mesra.

“Iya, Kak, makasih juga udah jadi yang pertama buatku.” sahutku.

Diapun mencium keningku dan menarik tubuhnya. Kuperhatikan penisnya sudah mengkerut dan agak melemas, benda itu begitu basah dan mengkilat. Ada noda darah di sepanjang batangnya yang menghitam, noda darah keperawananku!! Tapi aku sama sekali tidak menyesal memberikannya. Setelah membersihkan diri dan berpakaian, kami pun turun bersama-sama untuk kembali ke acara pesta.

Setelah peristiwa di acara ulang tahun kak Taufik hidupku mulai banyak berubah. Aku jadi sering melakukan seks dengan kak Taufik, dimanapun dan kapanpun ketika kami saling membutuhkan. Meskipun dia belum memintaku untuk menjadi kekasihnya, namun aku rela untuk bercinta dengannya.

Hingga pada suatu hari, aku bertemu dengannya di kantin sekolah. Dia berkata sambil berbisik, “Nanti pulang sekolah bareng kakak aja ya? Ada yang mau diomongin.”

Akupun membalas dengan berbisik pula. “Yakin cuma diomongin doang, kak? Enggak dilakuin?” ledekku sambil tertawa.

“Yah itu sih liat nanti. Ya udah, pokoknya nanti kakak tunggu di depan gerbang ya,”

“Oke deh, kak.” balasku.

***

Bel pulang sekolah berbunyi. Aku pun segera merapikan bukuku dan memasukannya ke dalam tas. Setelah semua rapi, kelas pun disiapkan untuk pulang dan akupun keluar.

“Ken, mau kemana lo? Kok buru-buru banget?” tanya teman baikku, si Gilang.

“Biasa, ada kakak senior yang nungguin.” balasku sambil senyum.

“Cie, yang mau ngedate. Ya udah deh, semoga sukses ngedatenya.”

Akupun hanya tersenyum dan berlalu meninggalkan Gilang menuju gerbang sekolah. Di depan gerbang, kulihat honda Jazz merah milik kak Taufik terparkir dengan pintu terbuka. Dia berdiri di sebelahnya, tersenyum saat melihat kedatanganku.

“Udah lama ya, kak? Maaf ya,” aku menyapanya.

“Oh, engga kok. Gue juga baru keluar.”

“Kita mau kemana, kak?” tanyaku.

“Udah, ikut aja dulu. Gak dicariin sama bonyok kan?” dia bertanya.

“Enggak kok, kak.” jawabku.

Lalu kamipun memasuki Jazz merah tersebut dan meluncur menuju daerah Kelapa Gading. Di dalam mobil, kak Taufik mengajakku ngobrol sambil sesekali mencuri-curi pandang ke arah belahan paha dan baju seragamku. Maklum saat itu aku memakai rok diatas lutut dan baju seragam dengan dua kancing terbuka lebar, menampakkan sedikit tonjolan buah dadaku. Untuk daleman, aku hanya memakai bra dan cd warna hitam saja, itupun sangat mini hingga aku yakin kak Taufik pasti menyukainya.

Ketika sampai di basement sebuah mall, kak Taufik bilang kalo dia ingin mengajakku nonton bioskop. Aku sih ayo-ayo aja, kapan lagi coba nonton sama orang yang aku suka. Bergandengan tangan, kamipun menuju bioskop dan mengantri karcis sebentar. Kami memilih nonton film superhero. Jujur saja, aku lebih suka melihat film action daripada drama. Kamipun masuk menuju studio film begitu pintunya dibuka. Kami mendapat seat paling belakang. Suasana saat itu sangat sepi karena memang hari kerja dan sekolah. Di deret belakang, hanya ada kami berdua yang menempati.

Film pun mulai diputar. Awal-awal kami menonton dengan serius, sama sekali tidak berbicara, asyik berkonsentrasi dengan cerita film. Aku sempat heran juga, tumben kak Taufik jadi pendiam, biasanya dia langsung menyerbuku begitu ada kesempatan. Apakah filmnya memang begitu bagus hingga membuat kak Taufik sampai terpukau?

Namun ternyata dugaanku salah! Baru 10 menit film berjalan, kak Taufik sudah mulai berani memegang pahaku. Akupun hanya diam saja dan melanjutkan menonton, dia sudah biasa melakukan itu. Dari sekedar mengusap, kak Taufik melanjutkan dengan memasukkan tangan ke dalam rokku. Untuk yang satu ini, aku sedikit kaget, tapi tetap tidak menolak. Kurasakan tangannya mulai mengorek-ngorek isi di dalam rokku. Risih juga sih, namun tetap membiarkannya. Bahkan saat tangan kirinya mulai meremas-remas buah dadaku, aku juga hanya bisa memandanginya penuh nafsu.

Kak Taufik terus merangsang dua bagian sensitifku sepanjang film. Yang kanan menusuk-nusuk vaginaku, sementara yang kiri meremas dan menarik putingku. Diperlakukan seperti itu membuatku jadi tak tahan lagi. Akupun berbisik kepadanya. “Jangan disini, kak. Aku takut ketahuan.”



Kak Taufik pun berhenti melakukannya dan langsung mengajakku keluar studio. ”Kita kemana, Kak?” tanyaku sambil mengikuti langkahnya. Ternyata dia mengajakku ke kamar mandi cewek, kami masuk ke salah satu bilik toilet dan menguncinya dari dalam.

“Kak, kok malah disini? Nanti ketahuan gimana?” tanyaku bimbang.

Tidak menjawab, kak Taufik malah langsung mencium bibir dan memeluk tubuhku. Akupun langsung terdiam, kuikuti saja kemauannya. Kami sudah sama-sama terangsang dan bergairah. Dengan cepat kami saling mengikat lidah, bertukar bibir dan air liur dengan sepenuh hasrat dan gairah. Kak Taufik membuka kancing seragamku dengan cepat dan melepaskan kait bra hitamku. Dia menarik keluar payudaraku dengan tetap membiarkan baju seragamku menempel di badan. Kini benda bulat di dadaku itu sudah tanpa penutup apapun, terlihat begitu mengkal dan menggiurkan. Putingnya yang mungil kemerahan tampak begitu indah dan menggoda. Kak Taufik langsung meremas-remasnya sambil menciumi leherku dengan ganas. Aku hanya bisa meremas rambutnya dan mendesah dengan pelan karena takut ketahuan.

“Ahhh… kak, geli! Sshhh…” rintihku saat lidahnya memutar di atas putingku. Dia melumatnya dengan rakus, meninggalkan beberapa bekas cupang disana, juga di leherku.

“Mphhhh… mpphhh…” aku mendesah kegelian, agak sedikit lebih keras, namun kak Taufik segera menutup mulutku menggunakan tangannya. Dia tidak ingin ada yang mendengar persetubuhan kami.

Dipilinnya terus putingku menggunakan lidahnya secara bergantian. Kanan-kiri, kanan-kiri, terus menerus, sebelum kak Taufik tiba tiba menyuruhku untuk duduk di closet. Aku mengerti apa yang dia inginkan, dengan sigap akupun membuka celana abu-abu yang ia kenakan dan mengeluarkan isinya yang sudah menegang dahsyat. Walaupun sudah sering melihatnya, aku agak kaget juga melihat ukurannya yang dari hari ke hari kurasa semakin besar saja.

Dengan mesra, kuelus-elus batang tersebut perlahan. Ingin aku melakukannya lebih lama saat tanpa kusangka tiba-tiba kak Taufik menjambak rambutku dan memaksaku untuk memasukkan penis itu ke dalam mulut. Aku memang kaget namun cepat bereaksi. Dengan sigap segera kubuka mulutku dan membiarkan kemaluan kak Taufik meluncur masuk ke dalam.

“Mpphh… mphhh…” aku melenguh merasakan penis tersebut memenuhi rongga mulutku. Rupanya kak Taufik sedang buru-buru hari ini. Atau dia sudah begitu terangsang melihat tubuhku?

Dia memegang kepalaku dan menyodomi mulutku dengan penisnya. Aku hanya bisa diam saja dan mengikuti kemauannya. “Hmmm… yeah, like it, honey. I will fuck your mouth!!” dia melakukannya dengan brutal sampai kadang aku merasa sesak dan sulit untuk sekedar bernapas.

Melihat mukaku sudah mulai memerah, akhirnya kak Taufik mengeluarkan penisnya untuk membiarkanku bernafas sebentar. Namun sekali lagi, secara tiba-tiba, sebelum aku sempat menarik udara, dia sudah memasukannya lagi ke dalam mulutku, bahkan kali ini sangat dalam dan keras hingga mentok sampai ke ujung kerongkonganku. Kak Taufik menahan kepalaku agar penisnya tidak sampai terlepas. Aku hanya bisa melenguh sambil mencoba untuk tetap bernafas. “Hmmmpp… hmmmph…”

“Ahh… enak sekali, Putri!!” desahnya. Dia lalu melepaskan cekalan kepalaku.

Segera kumuntahkan penisnya dan akupun langsung terbatuk-batuk lega. “Uhuk-uhuk… kok kasar banget sih, kak?” tanyaku keheranan.

“Abisnya kamu nafsuin banget sih hari ini,” jawab kak Taufik. Dia lalu jongkok di depan pahaku dan melepaskan celana dalam yang aku pakai, namun hanya sampai lutut, sedangkan rokku masih utuh di tempat semula.

Dengan kaki terbuka lebar, akupun sedikit tersengat ketika bibir vaginaku disentuh oleh jari-jari tangannya. Dibukanya lipatan bibir luar vaginaku dan dimasukannya dua jari ke dalamnya. “Ahhhh… hhhh…” desahku pelan.

Aku kira kak Taufik cuma akan mem’fingering’ vaginaku, tapi ternyata kepalanya menunduk tak lama kemudian dan langsung masuk ke dalam rokku. Kurasakan ada daging lunak menyentuh pangkal pahaku, lidahnya. Ohh, hal ini akan lebih menyiksaku saat kurasakan kak Taufik membuka lagi lipatan vaginaku dan mengeluarkan klitorisku dengan jari telunjuknya.

“Ahhhh… kak! Ahhhh…” aku tersengat ketika kurasakan lidahnya mulai menjilati klitorisku. Akupun semakin terangsang dan tanpa kusadari aku meremas payudaraku sendiri dan menjepit kepala kak Taufik agar tidak terlepas dari vaginaku.

“Mhhh… kak, terus, kak!!” akupun terus merintih tanpa sadar. Dan ketika aku hampir orgasme, “Ahhh… kak! Aahhh… aku mau, ahhhh…” tiba-tiba kak Taufik berhenti mengoralku. Akupun hanya bisa diam dengan mata sayu.

“Kak, kok berhenti?” tanyaku penasaran.

“Yah gak papa kan? Ada yang salah?” tanyanya menggoda.

“Lanjutin lagi, kak. Aku udah gak tahan.” kataku.

“Gak tahan apa?” goda kak Taufik lagi.

“Gak tahan, vaginaku udah gatal.” sahutku.

“You must beg me!” katanya.

Akupun berpikir, kenapa aku menjadi sangat rendah seperti ini? Tapi logika ini sudah kalah oleh birahi yang melanda seluruh tubuhku. Akupun berdiri dan berbisik padanya. “Fuck me, please! I can’t stand it anymore!!”

Kak Taufik langsung memelukku, meremas punggungku, dan mengangkat satu kakiku menuju pinggangnya. Dan perlahan, bless!! Masuklah seluruh kejantanannya, menembus seluruh relung vaginaku, memenuhinya hingga ke lubang yang terdalam.

“Ahhh…” rintihku saat dia mulai menggerakan pinggulnya maju mundur, sementara tangannya menahan tubuhku agar tidak terlempar kemana-mana.

“Ahhhh… yes! Fuck me! Fuck me!” aku menjadi semakin gila, dan tanpa sadar meracau seperti kesetanan.

Plok-plok-plok… bunyi kedua kelamin kami yang sedang beradu dengan tempo tinggi. Gesekan kemaluan kami terasa begitu nikmat. Aku menyukainya. Aku ketagihan dengannya. Ingin kunikmati rasa itu lebih lama, namun tiba-tiba aku mendengar suara kaki mendekat ke arah bilik WC. Kak Taufik pun langsung menghentikan goyangannya, tapi tanpa mengubah posisi sama sekali, penisnya tetap menancap telak di lorong vaginaku.

Klik… bunyi suara pintu toilet dibuka, tepat disamping dimana kami berada.Kudengar ada suara air mengalir. Kami menunggu dalam hening, tetap tanpa suara. Namun tiba-tiba kak Taufik menghentakan pinggulnya kembali, meski pelan, tapi tusukan penisnya tepat menyentuh mulut rahimku. “Ahhhmmm… mpphh!!!” akupun mendesah, tapi dengan cepat kak Taufik menutup mulutku dengan telapak tangannya. Aku hanya bisa melotot menatapnya, meminta penjelasan. Namun dia hanya tersenyum dan terus menggerakkan pinggulnya tanpa merasa berdosa. Aku tidak bisa menghentikannya.

“Mmphhh!!!” aku melenguh tertahan dalam dekapan tangannya. Dia terus menyetubuhiku lebih cepat tanpa memikirkan ada orang disamping ruangan yang kami pakai untuk bercinta ini.

Klik! Terdengar pintu ruangan samping terbuka lagi, dan bunyi air sudah tidak terdengar lagi. Dengan cepat kak Taufik langsung membalik tubuhku menghadap WC dan membuka bongkahan pantatku. Dengan brutal dia memasukkan penisnya dari belakang ke dalam vaginaku.

Clepp, clepp, suara kelamin kami yang saling beradu lagi. Rambutku dijambaknya ke belakang dan tangan kirinya memegang pantatku dengan gemas. “Ahhh… kak! Ahhh… pelan-pelan, kak.” pintaku dengan manja. Namun dia malah makin cepat menggenjot tubuhku.

“Ahhh… kak! Ahh… ahhh!!” aku mendesah sekeras mungkin tanpa peduli ada orang lain yang mendengar.

Setelah puas dengan gaya tersebut, kak Taufik pun duduk di closet dan memangkuku diatas tubuhnya. Dinaikannya rokku hingga ke perut dan dia mulai memasukan penisnya ke liang vaginaku.

“Ahhh!!” dengan sekali usaha, seluruh batangnya masuk ke dalam lubang vaginaku. Seperti biasa, mula-mula dengan lembut dia mulai menggerakkan pinggulnya ke atas bawah. “Ahhh… yes! Like this, kak! Ahh… softly! Ahhh…” desahku pelan. Namun belum sampai satu menit aku menikmatinya, dia sudah menaikkan tempo dengan sangat cepat.

“Ahhh… kak, pelan-pelan, kak! Ahhh…” mulutku memohon lembut, namun tubuhku sudah terangsang berat hingga tanpa sadar aku malah menaik-turunkan badan dengan cepat.

“Ahhh… kak! You… ahh, like… ahhh, this?” ceracauku dengan keras.

“Yes, honey. Yes, do it faster!!” pinta kak Taufik sambil meremas-remas pantatku.

Kamipun menggenjot dan menggerakkan tubuh semakin cepat. Ketika aku sudah hampir orgasme, tiba-tiba terdengar lagi suara kaki mendekat. Kali ini kudengar ada dua orang karena mereka seperti sedang membicarakan sesuatu. Akupun langsung diam, tubuhku bagaikan dipaku di atas tubuh kak Taufik. Namun lain aku, lain pula kak Taufik. Ia tetap menggerakkan pinggulnya untuk mengguncang tubuhku. Tapi kali ini dia mengunci mulutku dengan mulutnya.

“Mppphh! Mpphhh!” desahku tertahan oleh ciumannya. Tangannya tidak tinggal diam, diremasnya pantatku dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya memilin putingku secara bergantian.

“Mppphhh! Ahhhhh!!” kami terus saling adu kelamin dan adu lidah tanpa mempedulikan sekitar, karena tidak lama kemudian kudengar dua orang itu sudah melangkah menjauh dari kamar kecil. Kami kembali bebas.

Kak Taufik langsung melepaskan ciumannya dan kembali mencupang leherku yang jenjang. Diciuminya batang leherku sambil digigit-gigitnya kecil sehingga meninggalkan bekas. “Ahh… kak. Iya, kak, fuck me harder! Ahhh…” aku semakin menggila karena kurasakan vaginaku mulai berkedut kencang.

“Ahhh… fuuucckk mee… ahhhh!! Ahhhh!!” akupun orgasme tak lama kemudian. Cairanku menyembur deras memenuhi lubang memekku. Namun kak Taufik tetap terus menggenjot tubuhku. Dia tampak tidak peduli dengan lorong vaginaku yang semakin basah dan membanjir. Aku yang kelelahan hanya bisa bersandar ke arah tubuhnya, mengikuti segala pergerakannya sambil sesekali mendesah atas sisa-sisa orgasme yang masih melanda.

Melihatku yang sudah lemas, kak Taufik langsung melepaskan penisnya dan menyuruhku untuk jongkok di depannya. Aku sudah mengerti maunya. Akupun jongkok dan mengelus batang penisnya yang masih tampak tegak dan basah karena terkena cairan kewanitaanku. Kupijit kepala penisnya sambil sesekali mengocok batangnya.

“Yes, honey. You get it, ahhhh…” desah kak Taufik keenakan saat penisnya kukocok dan kuciumi. Akupun mulai menjilatinya, dari ujung kepala hingga ke pangkal buah zakarnya.

“Ahhh… yess, do it now!!” desah kak Taufik. Akupun mulai memasukkan penis tersebut ke mulutku dan menjilat seluruh batangnya. Kugerakkan benda itu keluar masuk dengan cepat.

“Ahhh… baby, do it faster! Ahh… faster!” erang kak Taufik, hampir orgasme.

Dan kulakukan teknik deepthroat yang pernah dikasih tahu temanku. Kumasukkan seluruh batang penisnya sedalam mungkin. Akupun hampir tersedak, namun kak Taufik menahan kepalaku. Saat itulah, kurasakan penisnya makin membesar dan berkedut-kedut kencang.

“Mpphhh! Mmphhh!” bunyi dengusanku yang tertahan penis. Dan selanjutnya, “Ahhhhhhhh… swaloww it, ahhh… babe!!!” kak Taufik pun mengejang dan orgasme. Ia menumpahkan seluruh isi penisnya ke dalam mulutku. Aku merasa semakin sesak karena mulutku semakin penuh oleh penis dan spermanya. Dengan terpaksa aku telan semua spermanya kalau tidak ingin tersedak.

Tak lama kemudian, saat semua spermanya sudah menetes keluar, kak Taufik pun melepaskan penisnya yang mulai mengkerut mengecil. “Hahhh!!” suaranya terdengar lega seperti musafir yang mendapat minum setelah melewati gurun pasir yang sangat panas.

“Rasanya asin, kak!” gerutuku.

“Hmm, asin ya? Tapi enak kan?” tanya kak Taufik.

“Iya sih, tapi lain kali jangan dipaksa gitu dong.” jawabku cemberut.

“Iya-iya, adekku sayang. Lain kali nggak kaya gini lagi kok.” balas kak Taufik sambil mencubit pipiku.

Kami pun berpakaian kembali. Aku keluar lebih dahulu untuk melihat situasi, setelah kurasa aman, aku bbm kak Taufik. “Kak, kondisi aman. Buruan keluar.”

Kak Taufik keluar dengan wajah yang datar, seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Setelah keluar bioskop, kamipun menuju basement dan mencari mobil jazz merah kepunyaan kak Taufik. Dalam perjalanan pulang, kami mengobrol.

“Kak, kalo tadi kita ketauan gimana ya? Padahal tadi kan banyak orang yang masuk?” tanyaku.

“Kalo ketahuan yah paling dibawa ke security, terus kita diarak deh keliling mall, kan seru tuh. Haha!” balas kak Taufik.

Akupun mencubitnya karena agak jengkel dengan jawabannya. Dia mengantarkanku hingga depan halaman rumahku.

Setelah berminggu-minggu berhubungan dengan kak Taufik tanpa kejelasan, akupun mulai bosan dan merasa hanya dimanfaatkan saja. Tubuhku hanya diinginkan ketika dia mau. Bahkan pernah ketika sehabis melakukan seks, dia memfoto tubuh bugilku dan membagikan kepada teman-temannya. Aku merasa jengkel dan ingin memberitahunya, namun ketika kuhubungi, dia tidak membalasnya. Tapi ketika dia ingin melakukan seks denganku, dia terus menghubungiku. Dan ketika aku berkata malas, dia mengancam akan menyebar luaskan foto tersebut ke seluruh siswa di sekolah. Akupun hanya bisa menurutinya karena tidak mau reputasiku hancur di sekolah. Aku masuk kategori 10 cewek tercantik di sekolah dengan banyak prestasi. Jadi aku terpaksa mengikuti kemauannya karena dia juga orang yang kusuka.

Sama seperti siang ini, ketika aku pulang sekolah. Saat itu aku sedang ada ekskul teater dan kak Taufik juga sedang ekskul paskibra. Tiba-tiba hapeku berdering tanda bbm masuk.

“Ken, nanti kakak tunggu di depan gerbang setelah selesai ekskul. Ada yang mau kakak omongin.” isi pesan kak Taufik.

Akupun berpikir sejenak karena aku tahu pasti kak Taufik ada maunya kalo menghubungiku, tapi aku juga ingin membicarakan tentang foto bugilku yang disebar ke teman-temannya. Akupun membalas bbmnya, “Oke, kak. Aku juga mau ngomong sesuatu sama kakak.”

Ekskul teater pun dibubarkan karena latihan sudah selesai. Latihan hari ini cukup melelahkan juga sampai sampai bajuku basah oleh keringat, sehingga bra hitamku terlihat dari luar karena aku hanya memakai baju kaos putih polos yang ketat, sedangkan untuk bawahan, aku tetap memakai rok abu-abuku yang pendek. Aku pun langsung menuju pintu gerbang sekolah dan menghampiri kak Taufik yang sudah menunggu disana.

“Aduh, Putri, kok pakaiannya begitu sih? Gak baik tau,” ucap kak Taufik sok perhatian.

“Gak papa kok, kak. Tadi abis latihan terus males ganti lagi.” jawabku.

“Oh, ya udah. Yuk masuk ke mobil kakak.” ajaknya.

Akupun masuk ke dalam mobil Jazz merah tersebut dan tak tahu mau dibawa kemana. Di dalam perjalanan, kami seperti orang yang tidak saling kenal. Kami hanya diam dengan pikiran masing-masing karena aku masih jengkel kepadanya. Aku hanya sibuk mengutak-atik handphoneku dan kak Taufik fokus menyetir. Tak lama kemudian, mobil pun tiba di rumah kak Taufik dan langsung dimasukkan ke garasi. Aku turun dan langsung disuruh masuk ke rumahnya.

“Duduk disini dulu ya, anggap aja rumah sendiri. Kakak mau ke kamar sebentar.” Kak Taufik pun pergi ke kamarnya dan aku di ruang tamu.

Di meja terlihat ada sirup satu gelas. Mungkin memang untukku karena akupun sangat haus sekali. Tanpa pikir panjang, aku langsung menenggaknya. Tak lama kemudian, kak Taufik kembali ke ruang tamu dengan masih menggunakan baju seragam. Kamipun mengobrol sebentar. Tanpa kusadari, tubuhku semakin panas dan gerah. Aku rasa ada yang salah dengan minuman tadi. Namun aku mengabaikannya karena aku sudah tak sabar ingin menanyakan tentang foto bugilku. “Kak, aku boleh minta tolong gak?” tanyaku.

“Apa?” sahut kak Taufik.

“Fotoku jangan kasih tau siapa-siapa dong, nanti aku dikiranya cewek murahan.” ucapku.

“Oh itu… iya, kakak juga mau ngomong itu. Kalo kamu mau liat file aslinya, ada di komputer kamar kakak. Kamu liat aja dulu fotonya, habis itu terserah mau dihapus atau enggak. Kakak mau ke kamar mandi dulu.” jawab kak Taufik sambil meninggalkanku.

Tubuhku rasanya semakin menggila. Mungkin minuman tadi sudah dikasih obat perangsang, tapi aku tidak peduli. Aku langsung masuk ke kamarnya dan mencari file fotoku di komputer kak Taufik yang sudah menyala. Aku ingin menghapusnya dan berharap tidak ada copy-annya lagi. Namun ketika sedang mencari foto tersebut, tiba-tiba ada kedua tangan memegangi tanganku dari belakang. Ketika aku menoleh untuk mengetahui tangan siapa itu, pemiliknya langsung melumat bibirku.

“Mpphhh!!” desahku tertahan. Ternyata itu kak Taufik. Akupun langsung membalas ciumannya karena aku juga sudah sangat terangsang. Kami berciuman dengan sangat ganas dan panas. Namun setelah beberapa saat, aku kemudian melepaskan ciumannya.

“Kak, jangan sebar foto aku lagi ya. Aku mau kok ngapain aja asal rahasia kita jangan ada yang tau.” aku berkata kepada kak Taufik.

“Iya, Putri sayang. Kakak janji kok gak akan sebarin lagi.” balasnya singkat dan langsung menciumku lagi. Dibaliknya tubuhku dan dipeluknya dengan erat hingga kini kami saling berhadapan berpelukan dengan lidah yang saling menghisap dan membelit. Bunyi kecap lidah kami sangat jelas terdengar. Sambil tetap berciuman, kak Taufik menggendongku menuju ke ranjangnya. Aku yang sudah terangsang hanya bisa pasrah saja. Ditidurkannya aku di kasurnya yang luas tersebut. Diciuminya aku satu persatu, mulai dari kuping hingga leherku.

Aku mulai mendesah pelan. “Ahhh… Kak!” Kak Taufik terus menjelajahi tubuhku dengan mulutnya. Dibukanya kancing seragamku satu persatu. Diciuminya dadaku yang masih terbungkus oleh bra merah.

“Hmmm… kak, hmmm…” akupun terus mendesah. Lalu tangan ka taufik meremas payudaraku. Dibukanya kaitan bra yang memang berada di depan. Dan dia mulai kembali menciumi payudaraku lagi.

“Ahhhh… kak, ahhh…” Diemutnya putingku bergantian kanan dan kiri, kadang juga digigitnya kecil sampai meninggalkan bekas kemerahan. Aku yang sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, langsung saja membuka rok abu-abuku beserta celana dalamku.

Melihat hal tersebut, kak Taufik juga membuka seluruh pakaiannya dan memamerkan tubuh berototnya. Tanpa pikir panjang, dia langsung mengarahkan penisnya ke mulutku. Aku pun dengan sigap membuka bibir dan memasukkan benda itu ke dalam mulutku. Kukulum penisnya dengan penuh nafsu. Kulakukan gerakan lembut dengan lidahku sambil mataku menatap ke arah kak Taufik yang sedang merintih keenakan. Kujilat ujung kemaluannya dengan lidahku sambil kadang kugesekkan ke gigi-gigiku.

“Ahhh… yes, like this, honey! Ahh… holy shit!!” desisnya saat lama-lama kulumanku menjadi semakin cepat. Kumaju mundurkan kepalaku hingga dia merintih tak tahan. Kak Taifuk pun memegangi kepalaku dan ikut memaju mundurkan pinggulnya.

“Ahhhh… iya, terus! Bentar lagi kakak keluar!!” lenguhnya. Akupun semakin semangat memblowjobnya, hingga tak lama kemudian kurasakan lahar panas memenuhi mulutku.

“Ahhhh… yes, swallow it!!” kak Taufik tetap menahan kepalaku, mau tak mau akupun harus menelan sperma tersebut.

Aku kira semua ini akan berakhir cepat karena kak Taufik sudah orgame, namun ternyata dugaanku salah. Dia melepas kepalaku dan mengeluarkan penisnya yang terlihat masih tetap tegang. Dengan kasar, dia pun mengatur posisi untuk menyetubuhiku. Dibukanya kedua pahaku lebar-lebar dan dia mengambil posisi tepat di tengah-tengah diantara kedua pahaku. Dia siap untuk melakukan penetrasi. Dengan sekali percobaan, seluruh batang kejantanannya langsung masuk ke dalam liang vaginaku. Ditusuknya vaginaku dengan tempo pelan untuk menyesuaikan diri.

“Ahhh… kak, ahhh… yes! Slowly!” akupun mulai mendesah pelan. Kedua tangannya meremas kedua payudaraku dan mulutnya mencupang leherku.Tubuh kami semakin menyatu dan tempo genjotan kak Taufik makin lama semakin cepat.

“Ahhh… kak, ahh… ahh… ahhh…” desahku terputus-putus mengikuti irama tusukan penisnya. Ketika sudah bosan dengan posisi ini, dia mengangkat kakiku yang jenjang ke pundaknya. Tangannya tetap meremas kedua bongkahan payudaraku.

“Putri, ahh… you’re ahhh… so ahhh… sexy ahhh…” pujinya sambil terus memompa tubuhku dengan cepat. Aku yang disetubuhinya hanya bisa merem melek keenakan sambil ikut mendesah.



Saat itulah, pas lagi enak-enaknya, tiba-tiba pintu kamar kak Taufik terbuka.

“Surprise!”

Ternyata dua orang teman kak Taufik masuk dan salah satunya ada yang membawa handycam. Akupun langsung berontak dan mencoba melepaskan diri. “Apa-apan ini? Kak, lepaskan aku!!” teriakku. Namun kak Taufik malah semakin cepat memompa tubuhku dan tangannya sudah memegang kedua tanganku.

“Tenang aja, Putri. Kakak cuma mau buat kenang-kenangan kok sebelum kakak lulus.” bisiknya.

Akupun sontak kaget dan langsung melototkan mataku ke arah kak Taufik. ”Kakak gila!” umpatku.

“Sst… gak usah kaya gitu. Kakak tau kok kamu juga lagi horny kan?” tuduhnya.

Ya, aku akui itu. Bahkan, bukannya berusaha kabur, aku malah pasrah dengan apa yang akan terjadi. Dan yang lebih aneh lagi, tubuhku terasa semakin horny, mungkin karena pengaruh minuman yang dikasih kak Taufik.

Melihat keadaanku yang hanya pasrah di bawah tubuh kak Taufik, teman-temannya yang memegang handycam mendekatiku dan segera merekam aksi persetubuhanku dengan kak Taufik. “Gila, Fik. Seru juga nih ya. Ini kan adek kelas yang diincar semua lelaki di sekolah kita? Kok lo bisa sih?” ucap temannya yang memegang handycam.

Kak Taufik tidak menjawabnya, dia terus fokus memompa tubuhku. Sementara teman yang satunya sudah mulai melucuti pakaiannya sendiri. Terlihat badannya yang kekar dan penisnya yang ukurannya hampir sama dengan punya kak Taufik menegang sempurna. Tanpa pikir panjang, dia langsung menghampiriku dan mengarahkan penisnya ke mulutku.

Mula-mula aku menolaknya. Aku kunci mulutku agar penisnya tidak masuk. Namun kak Taufik mencubit putingku sehingga dengan refleks akupun berteriak. “Auww!!!” Dengan cepat penis tersebut didorong ke dalam mulutku. Dan saat sudah masuk, kepalaku ditahan olehnya. Dia lalu memaju mundurkan pinggulnya sehingga penisnya seperti menyetubuhi mulutku. Aku yang sudah pasrah terpaksa harus menikmatinya. Kumainkan lidahku melingkari kepala penis tersebut dan kadang kujilati lubang kencingnya.

“Ahh… you become little slut now!” kata teman kak Taufik keenakan sambil matanya merem-melek memandangiku. Sedangkan temannya yang sedang merekam adegan panas ini juga sudah telanjang bulat dan mengocok penisnya sendiri.

Kak Taufik dan temannya tiba-tiba mengentikan gerakannya. Lalu kak Taufik melepaskan penisnya dan membantuku bangun. Sekarang dia pindah ke belakang, sedangkan temannya yang penisnya tadi kukulum, pindah ke depan dan mengambil posisi tiduran. Aku mengerti apa yang diinginkan oleh mereka. Dengan perlahan, aku menaiki tubuh teman kak Taufik dan memasukkan penisnya ke dalam vaginaku.

Blessss!!!

Masuklah benda coklat panjang itu dengan sekali hentakan. Vaginaku rasanya begitu nyeri dan penuh. Tanganku segera bertumpu pada dadanya yang bidang saat aku mulai menggoyangkan tubuhku.

“Ahh… ahhhh… ahhh… ahhh…” aku mendesah, semakin lama gerakanku menjadi semakin liar. Aku seperti coboy yang lagi mengendarai kuda. Bedanya, yang ini kudanya adalah manusia dan aku bertumpu pada penisnya. Teman kak Taufik memelukku sehingga kini dada kami saling menyatu. Aku cium bibirnya dan dibalas dengan lidahnya yang memasuki rongga mulutku.

Tiba-tiba kurasakan benda tumpul menggesek lubang anusku. Aku berusaha menoleh ke belakang, namun kepalaku tetap ditahan agar ciuman kami tidak terlepas. Kurasakan benda itu mulai memasuki anusku secara perlahan. Sangat perih karena ini untuk yang pertama kalinya. Setelah ciuman kami terlepas, barukah aku tahu ternyata kak Taufik lah yang sedang berusaha memperawani lubang Anusku. Belum sempat aku memohon agar dia tidak melanjutkan, kak Taufik dengan sekali hentakan yang kencang menusukkan penisnya. Dia berhasil menerobos lubang anusku!!!

“Ngghhhhhh…!!” akupun menjerit menahan sakit, mulutku membuka membentuk huruf O.

Namun belum selesai penderitaanku, tiba-tiba sebuah penis sudah memasuki lubang mulutku, memaksaku untuk diam. “Mhhhhmpph!!!”

Ternyata teman kak Taufik yang memegang handycam yang melakukannya. Ia mengarahkan handycam-nya tepat ke wajahku. Di-zoom nya wajahku yang sedang kepayahan mengulum penisnya sambil merintih keenakan. Aku yang sudah terbawa nafsu, menatap handycam tersebut dengan wajah yang sayu. Oh tidak, inikah yang dinamakan gangbang? Sangat menyiksa namun begitu nikmat.

Mereka bertiga terus melakukan aktifitasnya. Tangan mereka pun bekerja semua. Ada yang meremas payudaraku, memukul pantatku dan memegang kepalaku. Tiba-tiba penis yang ada di mulutku kurasakan semakin membesar, mungkin akan mengeluarkan spermanya. Segera kulakukan deepthroat agar penis tersebut segera menyemburkan isinya. Namun teman kak Taufik menarik penis tersebut keluar. Diambilnya tanganku dan disuruhnya aku untuk mengocoknya. Aku pun melakukannya menghadap ke mukaku sambil kutoleh handycam dan mendesah, “Ohhh… yess, a little harder, guys! Ahh… little harder!” aku merintih kesetanan.

“Ahh… come on, faster! Ahh… kocok yang cepet! Aahhh…” pinta teman kak Taufik yang hampir menjelang orgasme. Lalu… Crooot! Crooot! Crooot! keluarlah semua isi penis tersebut, mengenai tepat di wajah serta rambutku. Aku pun terus mengocoknya sampai penis tersebut mengkerut kecil. Lalu kumasukkan lagi ke dalam mulutku untuk membersihkan sisa-sisa sperma yang masih ada. Aku sudah sangat terbawa oleh nafsu dan tidak menggunakan akal sehat lagi.

Setelah itu teman kak Taufik pun mundur dan melanjutkan merekam persetubuhan dua pria dengan satu wanita. Aku yang dihimpit dua pria serta dua penis yang menusuk lubang kemaluan dan anusku, hanya bisa mendesah keenakan. Rasa perih, geli, dan nikmat bercampur menjadi satu. Setelah cukup lama, tiba-tiba kurasakan vaginaku berdenyut.

“Ahhh… come on ahh… aku udah gak kuat lagi, kak!” aku meracau seperti kesetanan. “Ahhhh… kak, I’m cuming! I’m cuming! Ahh… yess ahh… fuck! Ahhhh…” akupun orgasme untuk pertama kalinya. Tubuhku langsung lemas dan mereka juga berhenti menggoyangkan pinggulnya.

Tapi belum sempat aku beristirahat, tiba-tiba teman kak Taufik mengambil posisi di belakangku dan kak Taufik pindah ke depan. Teman kak Taufik mengambil posisi duduk dan menarik tubuhku untuk dipangkunya. Penisnya yang besar mencoba menerobos anusku lagi. Mungkin karena sudah diperawani oleh kak Taufik jadi tidak terasa terlalu perih.

“Nggghhhh!!” kami berdua melenguh saat penis dan anus kami menyatu. Dia langsung menidurkan dirinya dan diriku sehingga aku sekarang telentang di atas tubuhnya, dengan penisnya ada di dalam anusku.

Kak Taufik membuka lebar pahaku dan memasukan penisnya ke dalam vaginaku. Dengan sekali hentakan, ambles lah seluruh batang kemaluannya ke dalam vaginaku. Oh, God! Aku akan di gangbang lagi. Kedua pria tersebut menggerakan pinggulnya masing-masing. Aku hanya bisa mendesah dengan muka pasrah dan penuh sperma. Aku tatap kamera sambil menggigit bibir bawahku agar terlihat lebih menggoda.

“Ahhh… yes, ahh… fuck me harder!” aku meracau tidak jelas karena kedua penis tersebut terus menggali kedua lubangku. Tiba-tiba kak Taufik semakin mempercepat kocokannya dan kurasa dia akan segera keluar.

“Ahhh… ahhh… kakak mau keluar!” Dia terus memompa tubuhnya semakin cepat.

Akupun juga merasa akan orgasme. Kurasakan penis kak Taufik semakin membengkak dan dinding-dinding vaginaku juga mulai berdenyut kencang. “Aaahhhhhhhhhh… ahh… ahhhhhh!!” desahku panjang tanda orgasme. Kak Taufik juga keluar dan menumpahkan spermanya ke liang vaginaku. Temannya yang sedang memompa anusku pun berhenti untuk membiarkan aku untuk merasakan detik-detik orgasme yang aku alami.

Cairan kental keluar dari liang vaginaku. Air mani kak Taufik dan cairan orgasmeku meleleh bersatu keluar bagaikan sungai karena begitu banyaknya. Kak Taufik yang sudah orgasme melepaskan penisnya dan mendekatkan kembali ke wajahku. Aku langsung saja memegang batang yang sudah loyo itu dan memasukkannya ke dalam mulutku untuk membersihkan sisa-sisa spermanya yang masih ada.

Setelah sedikit istirahat, teman kak Taufik yang penisnya masih berada di anusku mulai menggerakkan pinggulnya kembali. Namun aku sudah sangat lelah hingga aku memohon untuk berhenti. “Kak, aku sudah capek. Nanti lagi ya?” pintaku dengan suara lirih.

“Tanggung, kakak juga udah mau keluar nih. Lanjutin aja dulu bentar. Sekarang kamu ganti posisi ya,” sahutnya.

Aku yang sudah sangat lelah langsung berinisiatif berdiri dan membalikkan tubuhku menghadap dirinya. Dia tetap tiduran. Aku mulai menurunkan pinggulku menuju penisnya. “Nghhhhhhh!!!” Dengan mudah penisnya masuk ke lubang vaginaku. Akupun langsung menaik-turunkan tubuhku dengan cepat agar dia cepat orgasme dan mengakhiri ini semua.

“Ahhh… yes, ahhh… yess!” erangku yang sudah kesetanan. Kedua tanganku meremas kedua payudaraku sendiri untuk menambahkan nikmat yang tiada tara ini.

“Iya, ahh… begitu, ahh… Putri, ahhh… terus, ahhhh…” dia memerintahku untuk terus memompa diriku sendiri.

“Ahhh… kak, ahhh… do you like it, baby?” aku menggodanya tanpa menurunkan tempo. Tubuhku terus bergoyang naik turun menikmati persetubuhan yang sangat melelahkan ini. Vaginaku mulai berdenyut lagi. Kurasa aku hampir orgasme untuk yang kedua kalinya.

“Ngghhhh… kak, aku ahhh… mau keluar!” jeritku.

“Iya, terus goyangin badan kamu!”

“Aku keluarrrr… agghhhhhhh!!!”

“Kakak juga, ahhhhhhhhh…”

Kamipun orgasme secara bersamaan. Dia melepaskan seluruh spermanya ke dalam vaginaku sehingga ketika aku berdiri untuk melepaskan penisnya, spermanya yang bercampur dengan cairan vaginaku menetes melalui pangkal pahaku.

Setelah kurang lebih tiga jam aku disetubuhi, akupun mandi di rumah kak Taufik untuk menghilangkan bau sperma dan keringat kakak kelas yang ada di tubuhku. Setelah selesai mandi, aku pun meminta kak Taufik untuk memenuhi janjinya untuk tidak menyebarkan video tersebut. Ya, untuk terakhir kalinya aku melakukan hal ini dengan kak Taufik karena ia sudah lulus dan melanjutkan kuliah di luar negeri, sedangkan aku masih harus dua tahun lagi untuk meluluskan sekolah SMA-ku ini.





Post By : Sogopoker

Sunday, March 18, 2018

Sepongan Mantap Naik Turun


Tepat setelah aku lulus dari kuliah, aku mendapatkan kerja yang cukup nyaman di sebuah perusahaan telekomunikasi cukup besar daerah Jakarta Selatan. Tinggal jalan kaki ke Pondok Indah Mall. Mei, calon istriku, kemudian menyusul ke Jakarta dan bekerja di sebuah bank di Bintaro. Perjalanan cinta kami bisa dibilang cukup mulus. Benar-benar sebuah hidup yang sempurna. Aku pun bukan orang yang aneh-aneh. Aku dibesarkan dalam keluarga yang cukup religius dan sangat teratur. Sepanjang sejarah kehidupanku, bisa dihitung berapa kali aku melanggar aturan atau norma. Kenakalanku paling besar hanyalah minum tomi (topi miring in case you’re wondering) dan sedikit magadon, waktu acara naik gunung di SMA. Tapi itu dulu.



Hampa kadang terasa. Hidup serasa jalan tol, tanpa rintangan, mulus tanpa gejolak, penuh aturan. Kadang aku ingin, sekali-kali memberontak, melanggar aturan. Sekali dalam seumur hidup.
Aku beranjak di tengah kerumunan calo-calo untuk mencari busku. Sumber Alam. Langgananku selama 2 tahun terakhir.
“Mbak, Sumber Alam yang Bisnis belum datang ya?” tanyaku kepada seorang petugas loket. Manis juga. Item manis sih tepatnya.
“Dereng mas, jogja ya? Mangke setengah jam malih …,” Lho, kok bahasa jawa?
“Nuwun nggih mbak.”
Aku duduk menunggu. Asap bus benar-benar menyesakkan. Aku merasakan diriku sesak napas. dari dulu memang aku tidak pernah suka keramaian dan kesesakan Jakarta. Tapi kepepet sih, harus cari upa (“cari nasi”) di Jakarta.
Tak lama kemudian bis itu datang juga. AB 7766 BK. Aku bergegas naik. 14A. dua tempat duduk. Aku sengaja mencari tempat duduk persis di bawah AC. Biar bisa tidur lelap. Aku segera menutup mata. Mengurangi kebisingan akibat lalu lalang orang mencari tempat duduk.
“Mas, mas, maaf …,” ada suara merdu rupanya. Aku membuka mataku.
“Maaf, apa boleh tukeran sama suami saya? Suami saya dapat tiket tempat duduk di seberang. Soalnya beli tiketnya baru aja tadi.”
Aku melihat ibu yang menyapa tadi. Kemudian melihat suaminya yang tersenyum mengangguk kepadaku di seberang kursi kami, menggendong anak yang kira-kira berusia 5 tahun.
“Aduh, bu, maaf, bukannya saya tidak mau, cuman memang saya sengaja memilih tempat di bawah AC ini bu. Maaf ya,” jawabku agak keberatan. Bukannya apa-apa, tapi aku paling tidak suka diganggu dengan masalah orang yang telat membeli tiket seperti pasangan ini.
Ibu itu cemberut. “Ya sudahlah pa, kita ngalah aja. Aku duduk di sampingnya mas ini aja.”
Whatever. aku kembali menutup mataku.
Perjalanan ini sesungguhnya bakal menyenangkan, kalau tidak harus mendengar rengekan anak 5 tahun yang sepertinya tidak pernah diam itu. Belum lagi suara ibu-ibu di sebelahku ini, yang ya ampun, cerewetnya. Aku jengkel banget.
Hujan mulai turun. Airnya menetes membentuk alur di kaca jendelaku. Masih terjebak di Cawang. Sial.
Untung Cikampek tidak macet. Kendaraan mulai menderu, bertambah cepat. Kulihat tebaran warna hijau ditimpali air hujan yang begitu deras di sebelah kiri jalan tol. Suara air hujan menderu keras sekali di atas atap. Orang-orang sudah mulai menampakkan kantuk, dan sepertinya suasana menjadi begitu sepi. Uh, begitu romantis. Kalau saja Mei di sampingku, pasti kepalanya sudah bersandar di bahuku, dan tangannya memeluk lenganku. Kalau saja ….
Aku memandang ke samping. Ibu itu kini sedang sibuk memberikan makan kepada anaknya. Si bapak sedang sibuk dengan PDAnya. Tipikal keluarga Jakarta, berumur di akhir 30an dan baru saja mempunyai anak. Tampaknya keluarga berada. Tapi ngapain naik bis ya? Ah, peduli amat.


Aku kembali menutup mataku. Hari berangsur gelap.
“Pengumuman, bapak ibu. Mohon maaf bahwa ada kerusakan teknis yang menyebabkan lampu tidur tidak dapat menyala,” kata kenek bus itu mengagetkan aku.
“huuuuu,” para penumpang menyahut serentak. Sip. aku paling tidak suka lampu tidur yang remang remang. Aku paling suka gelap. Tidurku pasti nyenyak malam ini. Perjalanan yang panjang menuju Yogyakarta.
————
Aku melirik jamku. Jam 9 malam. Semua orang tampaknya sudah terlelap. Tidak terkecuali ibu dan anak di sampingku. Bus tadi baru saja berhenti di tempat makan. Orang-orang makan malam dan ke belakang. Pasti mereka kekenyangan, dan acara yang paling menyenangkan setelah makan adalah tidur. Hujan masih turun, rintik-rintik. Aku melanjutkan tidurku.
Tidak berapa lama aku terlelap, aku merasakan kaki anak di sebelahku menyentuh kakiku. Sialan. Itu berarti sepatu anak itu kena celanaku. Aku menggeser-geserkan kakiku agar kaki anak itu tidak menekan celanaku. Tentu saja dengan mata terpejam. Tidak disangka, kaki itu balas menggesek. Eee, kurang ajar. Aku segera membuka mataku untuk menegur orang tuanya. Aku terkejut.
Ternyata itu bukan kaki anak kecil. Itu kaki orang dewasa. Kaki ibu itu. Si anak ternyata sudah tidak ada di pangkuan dia. Kemungkinan ada di pangkuan si bapak. Aku segera menutup mataku, pura-pura tidur. Perasaanku mengatakan ada sesuatu yang lain yang akan terjadi. Aku kembali menggesekkan kakiku, menunggu responsnya. Dan ibu itu balas menggesek. Aku sedikit membuka mataku. Kilatan cahaya dari luar bus memberikan sedikit penglihatan mengenai ibu di sampingku. Matanya juga terpejam ternyata.
Tiba-tiba ibu itu menggeser sedikit tubuhnya. Ya, kearahku. Kami berdua menjadi duduk berdempetan. Sisi samping kananku menempel pada bagian kiri tubuhnya. Harum rambut dan parfumnya mulai merasuki hidungku. Aku mulai terangsang.
Aku mencoba untuk lebih berani. Tubuhku aku condongkan sedikit ke depan, dan kemudian aku bergeser ke arahnya. Sehingga posisi saat itu, lenganku tepat di depan dadanya. Tubuh itu diam saja. Lenganku kemudian ku tekan sedikit ke belakang, sehingga aku bisa merasakan sesuatu yang begitu empuk. Ya, payudaranya. Payudaranya besar. Aku bisa merasakan volumenya ketika lenganku menggeseknya. Dan sangat empuk. Sikuku kemudian membuat gerakan melingkar di dadanya. Pelan sekali, sikuku bergerak. Aku tidak mau membuat ia berpikir macam-macam dan kemudian menamparku.
Tubuh itu diam saja. Kulirik matanya. masih terpejam. Tapi aku mendengar dia menghela napas. Jadi ia terangsang. Aku? sangat terangsang. Aku merasakan dadaku berdentum-dentum. Kepalaku berputar-putar karena aliran darah yang sangat cepat ke otakku. Aku bisa mendengar degup jantungku di telingaku sendiri. Aku akan melakukan dosa. 4 hari sebelum pernikahanku. Sepanjang sejarah hidupku. Tapi perasaan itu, nafsu itu, benar-benar membuat aku tidak tahan …..


lenganku terdiam sebentar dari kegiatan menggesek dadanya. Yang lebih mengejutkan lagi, tangan ibu itu mulai mengelus pahaku. ya, pahaku yang dibalut celana panjang kain warna coklat. Tangannya sangat perlahan mengelus kakiku dari mulai pangkal paha sampai atas lutut. Aku gemetar. Sangat gemetar. Aku tidak tahan ……
Sekarang posisiku berubah. Aku membuka tas dan mengambil sweater. Aku sudah memakai jaket tentu saja, karena aku tidur di bawah AC. tapi sweater tadi untuk maksud lain. Sweater tadi kemudian aku tutupkan di atas dadaku, dan kemudian tanganku kulipat. Apabila dililhat dari jauh, seperti orang yang tangannya kedinginan karena AC. Tapi bukan itu alasannya. Aku beringsut lagi mendekati tubuhnya. Tangan ibu itu masih mengelus pahaku. Kami berpandangan sebentar. Lucunya, setelah itu kami berdua kembali bersender pada tempat duduk kami dengan mata terpejam. Tanganku mulai beraksi. Tangan kiriku yang tadi dilipat mulai bergerak ke arah dadanya. Sangat pelan. Tangan itu mulai menyusuri bukit indah yang tertutup kain, mulai dari tepi. Aku sangat menghayati momen itu. Pelan-pelan kuelus bukit indah itu, dari tepi ke kanan. Sedikit ku remas, tapi tidak banyak. Aku tidak mau menyakiti bukit indah itu. Sungguh, ibu itu mempunyai dada yang sempurna. Besar, dan sangat kenyal. Aku merasakan bahwa dia memakai BH yang berenda. Aku membayangkan bentuknya. Mungkin warnanya hitam. Atau merah. Dan rendanya sedikit tembus pandang. Mungkin cupnya cuma setengah. Mungkin cupnya tidak bisa menahan volume payudara sebesar itu. Oooh, aku semakin terangsang.
Ibu itu mengenakan baju jeans terusan dengan bawahan rok dengan kancing dari dada sampai di lutut. Kain jeansnya untungnya kain yang lemas, sehingga aku bisa merasakan tekstur renda BHnya. Sangat merangsang. Aku melirik sedikit ke arah dia. Dia masih terus mengelus pahaku. Aku tidak sabar. Tangan kananku yang nganggur kemudian memimpin tangannya ke penisku yang sudah tegang. Aha, dia mengerti. Kemudian dia berlanjut mengelus kontur penisku dengan jari telunjuk dan jempolnya yang tercetak jelas di dalam celanaku. OOoh, mantab.
“Besar …..,” desisnya. Matanya tetap terpejam. Mataku juga.


Aku melanjutkan kenakalanku. Kali ini, dua kancing tepat di depan dada besar itu aku buka. Dengan susah payah. Pernah membayangkan membuka kancing-kancing besar pada kain jeans? Yup, susah sekali. Akhirnya dia turun tangan. Tangannya kanannya membantuku membukanya.
Tanganku kemudian masuk pelahan ke dalam bajunya, untuk merasakan keindahan payudara di baliknya. Bayanganku memang menjadi kenyataan. BH setengah cukup yang terlalu kecil, dengan renda yang sangat merangsang. Aku suka sekali renda, terutama apabila renda itu ada di tempat yang tepat. BH dan celana dalam. Aku kembali mengelus dadanya. SEkarang aku sedikit meremasnya. Sensasinya benar-benar luar biasa. Dia mendesis. Kepalaku berdentum-dentum. Jantungku berdebar sangat keras.
“Buka,” bisikku lirih. Mungkin tidak terdengar. Tapi aku tidak mau mengambil resiko terdengar. Apalagi oleh suaminya yang hanya duduk 50 cm di seberangnya. Ternyata dia mendengar. Dia berhenti mengelus penisku, membungkukkan sedikit badannya, dan kemudian berusaha melepas kait BHnya di belakang. Agak lama dia membukanya. Selagi dia membuka BHnya, pelahan aku menarik ritsleting celanaku ke bawah. Pelaaan sekali. Setelah itu, aku memelorotkan celana dalamku. Tidak melorot sih sebenarnya. Cuman mengaitkan kolornya ke bagian bawah penisku. Tidak nyaman memang. Tapi sekarang penisku bisa bebas mengacung menunjuk langit. Menanti elusannya.
Sepertinya kait BHnya sudah lepas. Tangan dia sepertinya cerdas, kembali mencari sasarannya yang tadi lepas. Dan dia tidak kaget, kali ini penisku sudah tegak menjulang, keluar dari celana. Kemudian dia seperti terkejut dan kemudian menarik tangannya dan kemudian melipatnya di depan dada. Pura-pura tidur, sambil menutupi dua kancing dadanya yang sudah terbuka lebar.
Sial. ada orang mau ke toilet. dia berjalan melangkah dari depan. Untung aku ada sweater yang bisa menutupi si “burung” nakal. Aah, seorang wanita. Bakalan lama nih. Jantungku berdegup keras.
Lama sekali orang itu di toilet. Aku mulai tidak sabar. Penisku sudah mulai menyusut. ya iyalah, baru juga pemanasan. Kepotong deh. ….
Akhirnya wanita itu lewat juga di di samping kami. Uuuh, lega. Tangan ibu itu mulai duluan, menyusup di bawah sweater, mencari “adikku” yang mulai tegang lagi. hmmm. Tangannya sungguh mulus, dan sentuhannya, benar-benar nikmat. Dia tahu betul cara merangsang penis dengan sentuhan. Sentuhan itu ringan, seperti melayang. Dia tidak meremas, atau menggosok terlalu keras. semuanya serba ringan dan melayang. Dan itu membuatku melayang.
Tanganku juga tidak mau kalah, seperti mempunyai mata sendiri yang bergerak mencari sasarannya. Si bukit kembar yang kenyal. Dan tangan itu menemukan sasarannya. Dada itu benar-benar lembut. Mulus tak bercela. Aku meresapi setiap jengkal usapan tanganku di dadanya. Meremas pangkal dadanya. Memilin putingnya. Putingnya. Putingnya runcing, ukurannya luar biasa, sepanjang buku jari telunjukku. Dan keras. Sangat keras. Sperti penis kecil. Aku memilinnya. lagi. Dan dia mendesis.
“jangan keras-keras,” bisiknya sangat lirih. AKu mengerti. Aku meremas, memilin, mengelus tanpa henti. Benar-benar nikmat.
Tapi tetap ada yang kurang. Kami berdua tidak terpuaskan. Penisku tetap tegang luar biasa. Dan rasanya mulai sakit sekarang. berdenyut-denyut ga karuan. Tangannya masih tetap mengelus penisku, tapi sungguh, tangan itu tidak mampu membuat aku nikmat terus-menerus. Dia mengerti hal itu.
“Ke bawah ….,” bisiknya sambil mengarahkan tanganku yang tadi ada di dadanya ke arah bawah. Aku langsung tanggap. Tanganku berubah posisi, mengelus pahanya yang tertutup kain jeans. Tidak berasa memang. Tapi dari gerakan tubuhnya aku tahu, dia sangat terangsang. Dia berulangkali menggerakkan tubuhnya, seolah menikmati betul elusan tanganku di pahanya. Pelan-pelan aku naik sedikit ke atas, tepat di gundukan di bawah pusar itu. Dia menahan tanganku.
“Jangan … “
Aku nekat.
“Jangan …” Ok. Aku turuti. Aku kembali mengelus pahanya. Kali ini tanganku lebih berani. Kupegang ujung roknya dan kunaikkan sedikit ke atas. Dia tidak menolak. Aku kembali mengelus pahanya. Hhhm, sungguh mulus. Benar-benar mulus. Aku merasakan bulu-bulu halus di telapak tanganku. Dia terengah-engah. Tangannya sejak dari tadi berhenti mengelus penisku. Tak apa. lebih baik begitu daripada menyiksa “adikku” yang sudah tegang luar biasa.
Aku tiba-tiba menghentikan elusanku dan menarik tanganku. Kemudian memandang ke arah dia. Matanya bertanya. Menanyakan mengapa aku menghentikan itu.
“Aku mau itu,” bisikku mendekat di telinganya, sambil menunjuk ke arah gundukan tempat vaginanya berada.
Dia menggeleng. Aku kemudian berpura-pura tidur. Memejamkan mata.
Lama sekali. Mungkin 5 menit, mungkin kurang dari itu. Tangannya menarik tanganku dan mengarahkannya ke tempat yang aku inginkan. Hehehehe, aku menang. Dia tidak tahan. Tanganku sudah berada tepat di atas gundukan itu. Dia membuka kancing bajunya tepat di area itu. Tanganku bergerak mencari celana dalamnya. Dapat.
Jelas, ini sutra. Atau Satin? aku tidak peduli. bahan kain celana dalamnya halus sekali. aku merabanya. memastikan. Terus ke bawah, dan kutemukan apa yang kucari. Sesuatu itu sudah basah. Pasti basah, karena aku merasakannya dengan tanganku. Tanganku berhenti di situ. Merasakan bentuknya. Sedikit bergelombang. Aku merasakan lipatan vertikal. Bulu-bulu halus di sekitarnya. Cukup tebal. dan sangat basah. Aku tersenyum kembali. Penuh kemenangan. Jari tengahku kemudian mengelus lipatan basah itu. Pelan, tapi sedikit menekan. Dia mendesis. Oh tidak. Dia melenguh. Tetap memejamkan matanya.
Aku makin berani. Celana itu aku pegang elastisnya. dan aku turunkan ke bawah. Dia memegang tanganku. Aku tetap berkeras. Dia menyerah.
Kembali jari tengahku mencari tempat tadi. Jari itu mencari sumber kenikmatan seorang wanita. Sebuah penis kecil yang sudah amat basah. Aku menggoyangnya pelan dengan jariku. Kemudian mengelusnya. Kemudian menekannya. Tubuhnya menegang.
Aku kembali mengelusnya. Pelan dan sedikit menekan. Pelan dan sedikit menekan. Tempat itu terasa lebih basah daripada sebelumnya. Jariku masuk lebih ke dalam. Merasakan lipatan lain di dalam yang sangat basah. Benar-benar basah. Rongga itu seperti tidak berujung. Kemudian jariku kugerakkan. ke dalam dan ke luar. Berulangkali.
Aha, aku merasakan jariku seperti tersedot ke dalam. Ada sesuatu yang mencengkeram. Dan rasa itu kembali membuatku terangsang. Aku terus menggerakkan jariku. Semakin cepat. Tiba-tiba jariku seperti ditumpahi cairan hangat. kental. Dia terengah-engah. Tubuhnya menegang. Kali ini cukup lama. Aku terus menggerakkan jariku. Dia kemudian menahan tanganku. Aku menurut. Aku memandangnya.
Matanya terpejam. Seperti menghayati sesuatu. Mungkin orgasme. Dadanya naik turun, terengah-engah seperti habis lari kencang. Kancing masih terbuka.
“Apa kau ..?”
“Ya … . Luar biasa …,” bisiknya, memandang kepadaku. Oooh, senyumnya manis sekali. Matanya yang bulat besar memantulkan kilatan cahaya neon di luar bus.
Dia memandang ke bawah tubuhku.
“Kasihan ya,…” senyumnya menunjuk ke “adikku”. Ya iyalah. “adikku” tidur nyenyak sementara dia sendiri terpuaskan. Paling tidak dengan jariku.
“ga papa …”
Kami berdua terdiam. Menghayati momen-momen gila tadi. Kedua mata terpejam. Hawa dingin AC menyergap. Aku melirik jamku. 2 dinihari. Dan kemudian bus berhenti. cukup lama. Orang-orang sepertinya tidak peduli. tetap mereka tertidur nyenyak, padahal AC mati.
Aku memandang “partner”ku. Matanya terpejam. Bajunya sudah dikancingkan. Lengkap. Aku pun bergerak membetulkan celanaku.
“Jangan ….,” katanya sambil menahan tanganku yang hendak menarik ritsleting. Oh, dia ternyata melirikku. Ok. Aku menurut. Aku ingin tahu apa yang ingin dia lakukan. Aku hanya menutupnya kembali dengan sweater. Temperatur udara dalam bis mulai panas. Keringatku mulai menetes dari kening.
Akhirnya bus berjalan. AC mulai berhembus lagi. Sejuk. Aku memejamkan mata lagi.
“Buka matamu, awasin ….”
Aku tidak mengerti. aku membuka mataku. Tiba-tiba dia membungkuk.
Gilaaaa. Aku merasakan bibir mungilnya menyentuh kepala “adikku”. Ringan sekali. Aku mengerti maksudnya. Mengawasi sekeliling supaya tidak ada seseorang pun memergoki aksi gila ini. Penisku mulai hidup lagi. Gila mungkin, tapi aduuuh, memang nikmat. Kurasakan bibirnya mulai menciumi kepala penisku. Ohh, bibirnya mulai membuka dan memasukkan kepala penisku ke mulutnya. Penisku mulai masuk ke dalam mulutnya. Dan pelan-pelan mulut itu mulai menghisap. Adduh, sakit.
“Jangan keras-keras …,” aku berbisik sambil membelai rambutnya. Membelai rambutnya? iya, seperti layaknya pacar saja. Dia kembali melanjutkan kulumannya. Kali ini pelan-pelan. Naik turun. Naik turun. Nikmat tak terkira.
Tampaknya dia sudah sering melakukan ini. Mulutnya bagaikan sebuah mesin handal perangsang penis. Setelah selesai menghisap, dia berhenti sebentar, dan kemudian menjilat bagian bawah kepala penisku. Tidak cuma menjilat, lidahnya juga bergetar ketika bergerak menyusuri daging itu.
“Ooohhh ..,” kali ini aku terpaksa harus melenguh. Ini nikmat sekali. Dia tahu sekali kelemahan “adikku”. Bagian itu kemudian digigitnya dengan bibirnya. Siall, makin nikmat. Lagi-lagi digigitnya dengan bibirnya. Kalau begini terus, aku pasti tak tahan. Gelliiii.
Kemudian mulutnya kembali mengulum. Naik turun. Yang aku heran, penisku bisa masuk semua ke mulutnya. Wooa, sensasinya benar-benar luar biasa. Telaten sekali dia. Mulutnya kemudian berpindah ke …. bolaku. Menciumnya sebentar, kiri dan kanan, dan kemudian memasukkannya ke dalam mulutnya. Ohhhh….. . Ketika mengulum bolaku, kurasakan lidahnya menari-nari di dalam mulutnya.
Aku yang ga telaten. Kurasakan nikmatku semakin memuncak. Tidak tahan lagiiiiiiiii …..
“Aku mau ….”
Mulutnya berpindah ke kepala penisku. Mengulumnya lagi. naik turun. Tangannya mengocok pangkal penisku. Pelan tapi erat.
“Aaaahhhhh …”
Ujung penisku berkedut. Sekali. Kurasakan aliran sperma ke mulutnya. Dua kali. Tiga kali. Empat kali. Selama itu pula mulutnya tetap mencengkeram kepala penisku. Aku ejakulasi. Di dalam mulut seorang ibu. Orang asing. Aku bahkan tidak tahu namanya.
Dia memandangku. Tatapan itu ….
“Makasih ….,” hanya itu yang terlontar dari mulutku. Dia bangkit, kemudian tersenyum kepadaku. Sekilas kulihat bekas sperma di pinggir bibirnya. Aku mengangkat tanganku, membersihkannya.
Kami berdua terpejam.
Pagi menjelang. Orang-orang sudah sibuk ngobrol. Isi bus kembali ramai. Aku? masih terlelap. Atau pura-pura? Setelah kejadian malam tadi, aku sama sekali tidak berani untuk menatap ibu di sampingku. Bahkan mengajak bicara pun tidak berani. Kurasa dia juga begitu. Kudengar dia sibuk dengan anaknya, sambil bicara dengan suaminya seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa antara aku dan dia. Sepanjang jalan ku membuang muka, menatap pemandangan di luar jendela bus.
Pesta bujanganku kurasa.
Pukul 6.30. Orang-orang sudah mulai turun bus. Sudah sampai Sedayu. Berarti sebentar lagi masuk kota. Keluarga di sampingku bangkit. Oh, mereka mau turun.
“Mas, duluan, mas …,” kata suaminya ramah, ditimpali ibu itu. Aku terpaksa menoleh ke arah mereka. Baru kusadari sekarang. Ibu itu sangat manis. Aku merasa berterimakasih padanya.
“Oiya, monggo monggo,” sahutku.
Mereka turun dari bus. Bus semakin sepi mendekati terminal Giwangan. Ada secarik kertas kecil di bekas tempat duduk ibu tadi. Aku memungutnya. Penasaran.



Post By : Sogopoker

Sunday, March 11, 2018

Ngintip Sepupu Yang Horny


Ini terjadi pada awal tahun 2016. Ini merupakan cerita dewasa asli/ nyata. Pada saat aku masih kuliah di semester 2, ibuku sakit dan dirawat di kota S. Oh, iya aku tinggal di kota L. Cukup jauh sih dari kota S. Karena ibuku sakit, sehingga tidak ada yang masak dan menunggu dagangan. Soalnya adik-adikku semua masih sekolah. Akhirnya aku usul kepada ibuku kalau sepupuku yang ada di kota lain menginap di sini (di rumahku). Dan ide itu pun disetujui. Maka datanglah sepupuku tadi.

Sepupuku (selanjutnya aku panggil Anita) orangnya sih tidak terlalu cantik, tingginya sekitar 160 cm, dadanya masih kecil (tidak nampak montok seperti sekarang). Tetapi dia itu akrab sekali dengan aku. Aku dianggapnya seperti kakak sendiri. cerita sex nyata.Nah kejadiannya itu waktu aku lagi liburan semester. Waktu liburan itu aku banyak menghabiskan waktu untuk menunggu dagangan ibuku. Otomatis dong aku banyak menghabiskan waktu dengan Anita. Mula-mulanya sih biasa-biasa saja, layaknya hubungan kami sebagai sepupu. Suatu malam, kami (aku, Anita, dan adik-adikku) sudah ingin tidur. Adikku masing-masing tidur di kamarnya masing-masing. Sedang aku yang suka menonton TV, memilih tidur di depan TV. Nah, ketika sedang menonton TV, datang Anita dan nonton bersamaku, rupanya Anita belum tidur juga

.

Sambil nonton, kami berdua bercerita mengenai segala hal yang bisa kami ceritakan, tentang diri kami masing-masing dan teman-teman kami. Nah, ketika kami sedang nonton TV, dimana film di TV ada adegan ciuman antara laki-laki dan perempuan (sorry udah lupa tuh judul filmnya). cerita sex nyata.

Eh, Anita itu merespon dan bicara padaku, “Wah temenku sih biasa begituan (ciuman).”

Terus aku jawab, “Eh.. kok tau..?”
Rupanya teman Anita yang pacaran itu suka cerita ke Anita kalau dia waktu pacaran pernah ciuman bahkan sampai ‘anu’ teman Anita itu sering dimasuki jari pacarnya. Tidak tanggung-tanggung, bahkan sampai dua jarinya masuk.

Setelah kukomentari lebih lanjut, aku menebak bahwa Anita nih ingin juga kali. Terus aku bertanya padanya, “Eh, kamu mau juga nggak..?”

Tanpa kuduga, ternyata dia mau. Wah kebetulan nih.
Dia bahkan bertanya, “Sakit nggak sih..?”
Ya kujawab saja, “Ya nggak tau lah, wong belum pernah… Gimana.., mau nggak..?”
Anita berkata, “Iya deh, tapi pelan-pelan ya..? Kata temenku kalo jarinya masuk dengan kasar, ‘anunya’ jadi sakit.”

“Iya deh..!” jawabku.
Kami berdua masih terus menonton film di TV. Waktu itu kami tiduran di lantai. Kudekati dia dan langsung tanganku menuju selangkangannya (to the point bok..!). Kuselusupkan tangan kananku ke dalam CD-nya dan kuelus-elus dengan lembutnya. Anita tidak menolak, bahkan dengan sengaja merebahkan tubuhnya, dan kakinya agak diselonjorkan. Saat merabanya, aku seperti memegang pembalut, dan setelah kutanyakan ternyata memang sejak 5 hari lalu dia sedang menstruasi. cerita sex nyata.Aku tidak mencoba membuka pakaian maupun CD-nya, maklumlah takut kalau ketahuan sama adik-adikku. Dengan CD masih melekat di tubuhnya, kuraba daerah di atas kemaluannya. Kurasakan bulu kemaluannya masih lembut, tapi sudah agak banyak seperti bulu-bulu yang ada di tanganku. Kuraba terus dengan lembut, tapi belum sampai menyentuh ‘anunya’, dan terdengar suara desisan walau tidak keras. Kemudian kurasakan sekarang dia berusaha mengangkat pantatnya agar jari-jariku segera menyentuh kemaluannya. Segera kupenuhi keinginannya itu. cerita sex nyata.

Waktu pertama kusentuh kemaluannya, dia terjengat dan mendesis. Kugosok-gosok bibir kewanitaannya sekitar 5 menit, dan akhirnya kumasukkan jari tengahku ke liang senggamanya.

“Auw..,” begitu reaksinya setelah jariku masuk setengahnya dan tangannya memegangi tanganku.
Setelah itu dengan pelan kukeluarkan jariku, “Eeesshh…” desisnya.

Lalu kutanya, “Gimana..? Sakit..?”
Dia menggeleng dan tanpa kusadari tangannya kini memegang telapak tangan kananku (yang berada di dalam CD-nya), seakan memberi komando kepadaku untuk meneruskan kerjaku.

Sambil terus kukeluar-masukkan jariku, Anita juga tampak meram serta mendesis-desis keenakan. Sementara terasa di dalam CD-ku, batang kemaluanku juga bangun, tapi aku belum berani untuk meminta Anita memegang rudalku (padahal aku sudah ingin sekali). Sekitar 10 menit peristiwa itu terjadi. Kulihat dia tambah keras desisannya dan kedua kakinya dirapatkan ke kaki kiriku. Sepertinya dia telah mengalami klimaks, dan kami akhirnya tidur di kamar masing-masing, dikutip dari

Hari berikutnya, aku dan Anita siap-siap membuka warung, adikku pada berangkat sekolah, sehingga hanya ada aku dan Anita di warung. Hari itu Anita jadi lebih berani padaku. Di dalam warungku sambil duduk dia berani memegang tanganku dan menuntunnya untuk memegang kemaluannya. Waktu itu dia memakai hem dan rok di atas lutut, hingga aku langsung bisa memegang selangkangannya yang terhalang CD dan pembalut. Kaget juga aku, soalnya ini kan lagi ada di warung. cerita sex nyata.

“Nggak pa-pa Mas.., khan lagi sepi.” katanya dengan enteng seakan mengerti yang kupikirkan.
“Lha kalo ada pembeli gimana nanti..?” tanyaku.
“Ya udahan dulu, baru setelah pembelinya balik, kita lanjutin lagi, ok..?” jawabnya.

Dengan terpaksa kuraba-raba selangkangannya. Hal tersebut kulakukan sambil mengawasi di luar warung kalau-kalau nanti ada pembeli datang. Sementara aku mengelus selangkangannya, Anita mencengkeram pahaku sambil bibirnya digigit pelan tanda menikmati balaianku. Peristiwa itu kuakui sangat membuatku terangsang sekali, sehingga celana pendekku langsung terlihat menonjol yang bertanda batang kejantananku ingin berontak.

“Lho Mas, anunya Mas kok ngaceng..?” katanya.
Ternyata dia melihatku, kujawab, “Iya ini sih tandanya aku masih normal…”
Aku terus melanjutkan pekerjaanku. Tanpa kusadari dia pun mengelus-elus celanaku, tepat di bagian batang kemaluanku. Kadang dia juga menggenggam kemaluanku sehingga aku juga merasa keenakan. Baru mau kumasukkan tanganku ke CD-nya, tiba-tiba aku melihat di kejauhan ada anak yang sepertinya mau membeli sesuatu di warungku.


Kubisiki dia, “Heh ada orang tuh..! Stop dulu ya..?”
Aku menghentikan elusanku, dia berdiri dan berjalan ke depan warung. Benar saja, untung kami segera menghentikan kegiatan kami, kalo tidak, wah bisa berabe nanti. Sehabis melayani anak itu, dia balik lagi duduk di sebelahku dan kami memulai lagi kegiatan kami yang terhenti. Seharian kami melakukannya, tapi aku tidak membuka CD-nya, karena terlalu beresiko. Jadi kami seharian hanya saling mengelus di bagian luar saja.

Malam harinya kami melakukan lagi. Aku sendirian nonton TV, sementara adikku semua sudah tidur. Tiba-tiba dia mendatangiku dan ikut tiduran di lantai, di dekatku sambil nonton TV. Kemudian tiba-tiba dia memegang tanganku dan dituntun ke selangkangannya. Aku yang langsung diperlakukan demikian merasa mengerti dan langsung aku masuk ke dalam CD-nya, dan langsung memasukkan jariku ke kemaluannya. Sedangkan dia juga langsung memegang batang kejantananku. cerita sex nyata.

“Aku copot ya CD kamu, biar lebih enakan.” kataku.
Dia mengangguk dan aku langsung mencopot CD-nya. Saat itu dia memakai rok mininya yang tadi, sehingga dengan mudah aku mencopotnya dan langsung tanganku mengorek-ngorek lembah kewanitaannya dengan jari telunjukku. Aku juga menyuruh mengeluarkan batang kejantananku dari CD-ku, sehingga dia kini bisa melihat rudalku dengan jelas, dan dia kusuruh untuk menggenggamnya. Kukorek-korek kemaluannya, kukeluar-masukkan jariku, tampaknya dia sangat menikmatinya. Kulihat batang kemaluanku hanya digenggamnya saja, maka kusuruh dia untuk mengocoknya pelan-pelan, namun karena dia tidak melumasi dulu batangku, maka kemaluanku jadi agak sakit, tapi enak juga sih.

“Eehhsstt… eehhsstt… Ouw.., eehhsstt… eehhsstt… eehhsstt…” begitu erangannya saat kukeluar-masukkan jariku.
Kumasukkan jariku lebih dalam lagi ke liang kewanitaannya dan dia mendesis lebih keras, aku suruh dia agar jangan keras-keras, takut nanti adikku terbangun.

“Kocokkannya lebih pelan dong..!” kataku yang merasa kocokkannya terhenti.
Kupercepat gerakan jariku di dalam liangnya, kurasakan dia mengimbanginya dengan menggerakkan pantatnya ke depan dan ke belakang, seakan dia lagi menggauli jariku.
Dan akhirnya, “Oh.., oohh.. oohh.. ohh…” rupanya dia mencapai klimaksnya yang pertama, sambil kakinya mengapit dengan keras kaki kananku.cerita sex nyata.

Kucabut jariku dari kemaluannya, kulihat masih ada noda merah di jariku. Karena aku belum puas, aku langsung pergi ke kamar mandi dan kutuntun Anita. Di kamar mandi aku minta dia untuk mengocok batang kejantananku dengan tangannya. Dia mau. Aku lepaskan celanaku, setelah itu CD-ku dan batang kejantananku langsung berdiri tegap. Kusuruh dia mengambil sabun dan melumuri tangannya dengan sabun itu, lalu kusuruh untuk segera mengocoknya. Karena belum terbiasa, sering tangannya keluar dari batangku, terus kusuruh agar tangannya waktu mengocok itu jangan sampai lepas dari batangku. Setelah 5 menit, akhirnya aku klimaks juga, dan kusuruh menghentikan kocokannya.

Seperti pagi hari sebelumnya, kami mengulangi perbuatan itu lagi. Tidak ada yang dapat kuceritakan kejadian pagi itu karena hampir sama dengan yang terjadi di pagi hari sebelumnya. Tapi pada malam harinya, seperti biasa, aku sendirian nonton TV. Anita datang, sambil tiduran dia nonton TV. Tapi aku yakin tujuannya bukan untuk nonton, dia sepertia ketagihan dengan perlakuanku padanya. Dia langsung menuntun tanganku ke selangkangannya. Aku bisa menyentuh kewanitaannya, tapi ada yang lain. Kini dia tidak memakai pembalut lagi, seperti dirangkum dari fprum resmi

“Eh, kamu udah selesai mens-nya..?” tanyaku.
“Iya, tadi sore khan aku udah kramas, masa nggak tau..?” katanya.

Aku memang tidak tahu. Karena memang aku kurang peduli dengan hal-hal seperti itu. Aku jadi membayangkan yang jorok, wah batang kejantananku bisa masuk nich. Kuraba-raba CD-nya. Tepat di lubang kemaluannya, aku agak menusukkan jariku, dan dia tampak mendesis perlahan. Tangannya kini sudah membuka restleting celana pendekku, selanjutnya membukanya, dan CD-ku juga dilepaskankan ke bawah sebatas lutut.

Digenggamnya batang kejantananku tanpa sungkan lagi (karena sudah sering kali ya..?). Aku juga membuka CD-nya, tapi karena dia masih memakai rok mini lagi, jadi tidak ketahuan kalau dia sekarang bugil di bagian bawahnya. Dia kini dalam keadaan mengangkang dengan kaki agak ditekuk. Kuraba bibir kemaluannya dan dengan agak keras, kumasukkan seluruh jari telunjukku ke lubang senggamanya. cerita sex nyata.

“Uhh.. esshh.. eesshh.. esshh…” begitu desisnya waktu kukeluar-masukkan jariku ke lubang senggamanya.

Sementara dia kini juga berusaha mengocok batang keperkasaanku, tapi terasa masih sakit. Kukorek-korek lubang kemaluannya. Lalu timbul keinginanku untuk melihat kemaluannya dari dekat. Maklumlah, aku khan belum melihat langsung bentuk kemaluan wanita dari dekat. Paling-paling dari film xx yang pernah kutonton. Kuubah posisiku, kakiku kini kuletakkan di samping kepala Anita, sedangkan kepalaku berada di depan kemaluannya, sehingga aku dengan leluasa dapat melihat liang kewanitaannya. Dengan kedua tanganku, aku berusaha membuka bibir kemaluannya.

Tapi, “Auw.. diapaain Mas..? Eshh.. uuhh..” desisannya tambah mengeras.
“Sorry.., sakit ya..? Aku mo lihat bentuk anumu nih, wah bagus juga yach..!” sambil terus kukocokkan jariku.

Kulihat daging di lubangnya itu berwarna merah muda dan terlihat bergerak-gerak.
“Wah, jariku aja susah kalo masuk kesini, apalagi anuku yang kamu genggam itu ya..?” pancingku.



Dia diam saja tidak merespon, mungkin lagi menikmati kocokan jariku karena kulihat dia memaju-mundurkan pantatnya. cerita sex nyata.


“Eh, sebenarnya yang enak ini mananya sich..?” tanyaku.
Tangan kirinya menunjuk sepotong daging kecil di atas lubang kemaluannya.
“Ini nich.., kalo Mas kocokkan jarinya pas menyentuh ini rasanya kok gatel-gatel tapi enak gitu.”

“Mana.., mana.., oh ini ya..?” kugosok daging itu (yang kemudian kuketahui bernama klitoris) dan dia makin kuat menggenggam batang kemaluanku.
“Ahh. auu.. enakk Maass… eehh… aahh.. truuss Mass, terusiinn.. ohh..!”
Tangannya setengah tenaga ingin menahan tanganku, tapi setengahnya lagi ingin membiarkan aku terus menggosok benda itu. cerita sex nyata.

Dan akhirnya, “Uhh.. uhh.. uuhh.. ahh.. aahh..” dia mencapai klimaks.
Aku terus menggosoknya, dan tubuhnya terus menggelinjang seperti cacing kepanasan.
Lalu kubertanya, “Eh, gimana kalo anuku coba masuk ke sini…? Boleh nggak..? Pasti lebih enakan..!”

Dia hanya mengangguk pelan dan aku segera merubah posisiku menjadi tidur miring sejajar dengan dia. Kugerakkan batang kejantananku menuju ke lubang kemaluannya. Kucoba memasukkan, tapi rasanya tidak bisa masuk. Kurubah posisiku sehingga dia kini berada di bawahku. Kucoba masukkan lagi batangku ke lubangnya. Terasa kepala anuku saja yang masuk, dia sudah mendesis-desis. cerita sex nyata.

Kudorong lebih dalam lagi, tangannya berusaha menghentikan gerakanku dengan memegang batangku. Namun rasanya nafsu lebih mendominasi daripada nalarku, sehingga aku tidak mempedulikan erangannya lagi.

Kutekan lagi dan, “Auuwww.. ehhssaakkiitt..!”
Aku berhasil memasukkan batang anuku walau tidak seluruhnya. Aku diam sejenak dan bernapas. Terasa anunya memeras batangku dengan keras. cerita sex nyata.

“Gimana, sakit ya.., mo diterusin nggak..?” tanyaku padanya sambil tanganku memegang pantatnya.

Dia tidak menjawab, hanya terdengar desah nafasnya. Kugerakkan lagi untuk masuk lebih dalam. Mulutnya membuka lebar seperti orang menjerit, tapi tanpa suara.

Karena dia tetap diam, maka kulanjutkan dengan mengeluarkan batangku. Dan lagi-lagi dia seperti menjerit tapi tanpa suara. Saat kukeluarkan, kulihat ada noda darah di batangku. Aku jadi kaget, “Wah aku memperawaninya nih.”

“Gimana.., sakit nggak.., kalo nggak lanjut ya..?” tanyaku.
“Uhh.. tadi sakiitt sich… uhh. geelii..” begitu katanya waktu anuku kugesek-gesekkan.

Setelah itu kumajukan lagi batang kejantananku, Anita tampak menutup matanya sambil berusaha menikmatinya. Baru kali ini batangku masuk ke liangnya wanita, wah rasanya sungguh nikmat. Aku belum mengerti, kenapa kok di film-film yang kulihat, batang kejantanan si pria begitu mudahnya keluar masuk ke liang senggama wanita, tapi aku disini kok sulit sekali untuk menggerakkan batang kejantananku di liang keperawanannya.

Namun setelah beberapa menit hal itu berlangsung, sepertinya anuku sudah lancar keluar masuk di anunya, maka agak kupercepat gerakan maju-mundurku di liangnya. Kurubah posisiku hingga kini dia berada di bawahku. Sambil masih kugerakkan batangku, tanganku berusaha mencapai buah dadanya. Kuremas-remas buah dadanya yang masih kecil itu bergantian, lalu kukecup puting buah dadanya dengan mulutku. cerita sex nyata.



Dia semakin bergelinjang sambil mendesis agak keras. Akhirnya setelah berjalan kurang lebih 10 menitan, kaki Anita berada di pantatku dan menekan dengan keras pantatku. Kurasa dia sudah orgasme, karena cengkeraman bibir kemaluannya terhadap anuku bertambah kuat juga. Dan karena aku tidak tahan dengan cengkeraman bibir kemaluannya, akhirnya, “Crot.. crot.. crot..” air maniku tumpah di vaginanya. Serasa aku puas dan juga letih. Kami berdua bersimbah keringat. Lalu segera kutuntun dia menuju kamar mandi dan kusuruh dia untuk membersihkan liang kewanitaannya, sedangkan aku mencuci senjataku. Setelah itu kami kembali ke tempat semula.

Kulihat tidak ada noda darah di karpet tempat kami melakukan kejadian itu. Dan untung adik-adikku tidak bangun, sebab menurutku desisan dan suara dia agak keras. Lalu kumatikan TV-nya, dan kami berdua tidur di kamar masing-masing.

Sebelum tidur aku sempat berfikir, “Wah, aku telah memperawani sepupuku sendiri nich..!”
Sewaktu aku sudah kuliah lagi (dua hari setelah kejadian itu), dia masih suka menelponku dan bercerita bahwa kejadian malam itu sangat diingatnya dan dia ingin mengulanginya lagi. Aku jadi berpikir, wah gawat kalo gini. Aku jadi ingat bahwa waktu itu aku keluarkan maniku di dalam liang keperawanannya. cerita sex nyata.

“Wah, bisa hamil nich anak..!” pikirku.
Hari-hariku jadi tidak tenang, karena kalau ketahuan dia hamil dan yang menghamili itu aku, bisa mampus aku. Setelah sebulan lewat, kutelpon dia di rumahnya. Setelah kutanya, ternyata dia dapat mens-nya lagi dua hari yang lalu. Lega aku dan sekarang hari-hariku jadi balik ke semula.

Begitulah ceritaku saat menggauli sepupu sendiri, tapi dasar memang sepupuku yang agak ‘horny’. Tapi sampai saat ini kami tidak pernah melakukan perbuatan itu lagi.





Post By : Sogopoker